Nakita.id - Selama ini, banyak masyarakat yang melihat MSG atau micin dengan pandangan negatif.
Semua itu terjadi karena isu kesehatan yang melabelinya.
Konon, micin dapat membuat bodoh, membuat mual dan muntah, susah konsentrasi, dan masih banyak dampak negatif lainnya.
Ternyata itu cukup keliru, demikian diungkapkan oleh Prof. Dr. Dede Robiatul Adawiyah dalam acara
MSG atau micin MSG memiliki acuan nilai asupan harian (ADI) sebagai not specified atau tidak dinyatakan, ini berarti MSG adalah bahan yang aman.
Bahkan kenyataannya, kadar natrium (Na) pada MSG lebih sedikit ketimbang garam dapur.
MSG mengandung 12% Na, sedangkan garam dapur 39%.
Artinya, kandungan Na di MSG lebih sedikit dibandingkan garam dapur sehingga risiko hipertensi akibat konsumsi Natrium berlebih lebih tinggi pada garam dapur”, ujar Prof. Dr. Dede Robiatul Adawiyah dalam media workshop yang bertajuk “Cinta Pakai Micin, Why Not?”.
Masih menurut Dede, micin atau MSG justru bermanfaat pada kesehatan.
"Micin dapat menambah rasa hingga makanan yang disantap lebih enak dan nikmat, hal ini bermanfaat bagi orang-orang yang membutuhkan asupan makanan cukup, misal, orang yang sedang sakit, ungkapnya.
Menurutnya, semakin cukup makanan yang disantap, semakin tercukupi juga kebutuhan gizinya, hingga ia akan cepat pulih.
Baca Juga: 4 Bahan Dapur yang Cocok Jadi Alternatif MSG, Moms Bisa Coba Sekarang!
Selain itu, pada orang sehat, makanan enak menjadi sumber kenikmatan tersendiri.
"Makan itu harus enak, kalau ga enak ya minum obat," ungkapnya lagi sambil tergelak.
MSG (Monosodium Glutamat) atau biasa yang dikenal sebagai micin, adalah salah satu penyedap rasa semua masakan yang terbuat dari garam natrium dan asam glutamat.
Semua orang sepertinya sudah tahu apa itu micin, dan juga pernah merasakan sedapnya masakan yang menggunakan micin.
Asam glutamat pada micin dapat memberikan rasa gurih yang berbeda dari penyedap makanan lainnya.
Berdasarkan sejarahnya, MSG pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1908 oleh seorang professor bernama Kikunae Ikeda.
Kikunae Ikeda mengekstrak dan mengkristalkan glutamat dari kaldu rumput laut untuk dijadikan butiran MSG.
Dalam sambutannya, Rida Atmiyanti, yang juga Sekjen P2MI (Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) menuturkan informasi keliru itu harus diluruskan.
MSG aman dikonsumsi oleh semua tahapan usia. Kadar keamanan MSG dijelaskan pada Permenkes dan BPOM.
Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan menjelaskan bahwa MSG dikategorikan sebagai bahan tambahan pangan.
Sifatnya tidak menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan dengan batasan pemakaian secukupnya.
Bahkan lembaga internasional seperti Food and Drug Administration (FDA) dan World Health Organisation (WHO) juga telah memverifikasi keamanan MSG.
Acara yang berlangsung hangat hari itu ditutup dengan buka puasa bersama antara media dan pengurus P2MI.
“Melalui acara ini, terungkap stigma negatif yang selama ini melekat pada micin adalah tidak benar.
Bahkan nyatanya micin merupakan material yang juga bermanfaat. P2MI berharap, melalui kegiatan sore hari ini masyarakat dan terinformasikan mengenai amannya mengkonsumsi MSG dan tidak lagi khawatir dalam menambahkan micin pada masakan”, tutup Satria di akhir pembicaraan.
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR