Nakita.id - Hari Posyandu Nasional diperingati setiap tanggal 29 April.
Posyandu merupakan garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat.
Salah satu dalam hal pencegahan stunting.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orangtuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.
Padahal, seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.
Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Simak selengkapnya di sini.
Banyak sebenarnya program posyandu, tapi yang paling digalakan sekarang adalah pencegahan stunting pada anak.
Ya, posyandu memiliki program untuk mengurangi angka stunting pada anak-anak.
Ini dia beberapa fungsi posyandu dalam penanganan stunting pada anak.
Posyandu memantau Pertumbuhan Balita diantaranya:
- Penimbangan dan pengukuran serta pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
- Pemberian kapsul vitamin A
- Praktik pemberian makan bayi dan anak (PMBA), pendidikan gizi ibu balita
- Minum tablet tambah darah bersama untuk mengatasi anemia pada remaja putri (50 anak)
- Penyuluhan pada kelas ibu hamil
Balita perlu dipantau pertumbuhannya setiap bulan di Posyandu.
Selain itu, ibu balita perlu ingat bahwa balitanya harus mendapatkan kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus.
Kader Posyandu senantiasa mengingatkan masyarakat yang memiliki bayi untuk memberi ASI eksklusif, yaitu bayi usia 0 sampai 6 bulan hanya mendapat ASI saja.
Selanjutnya, bayi dapat mengonsumsi Makanan Pendamping ASI mulai usia 6 bulan serta meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.
Para kader di Posyandu juga memberi Penyuluhan PMBA yang diberikan di Posyandu.
Baca Juga: 5 Pilihan Terbaik Vitamin Tambahan untuk Anak Stunting sebagai Nutrisi
Hasil dari penyuluhan ini harus dipraktikkan di rumah supaya balita mendapatkan asupan makanan bergizi yang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga daya tahan tubuhnya menjadi lebih baik, dan anak jarang sakit, terhindar dari risiko stunting.
Tidak hanya kepada bayi dan balita, para ibu hamil dianjurkan untuk rutin mengikuti kelas ibu hamil agar ibu dan calon anak sehat serta terhindar dari risiko stunting.
Demikian pula pada remaja.
Mereka ditekankan untuk mengonsumsi tablet tambah darah secara teratur agar terhindar dari Anemia (kurang darah).
Konsumsi TTD bermanfaat sekaligus untuk meningkatkan konsentrasi belajar dan sebagai persiapan menjadi calon ibu kelak yang sehat.
Jika diketahui ada anak yang pertumbuhannya terhambat, kader posyandu akan menyarankan orangtuanya untuk berkonsultasi ke dokter.
Ciri-ciri Stunting
1. Anak tidak tumbuh dengan kecepatan normal sesuai usianya.
2. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya.
3. Kemampuan fokus dan memori belajarnya dibawah rata-rata dan mengalami gangguan konsentrasi bisa berpengaruh pada cara berkomunikasi.
4. Usia 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya.
Baca Juga: Ujung Tombak Pencegahan Stunting, Jenis Layanan Posyandu yang Diberikan
5. Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun karena malnutrisi.
6. Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi
Seperti diketahui salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting.
Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
"Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih", tutur mantan Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, di Jakarta.
Diterangkan oleh Nila Moeloek, kesehatan berada di hilir.
Seringkali masalah-masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan.
Karena itu, ditegaskan oleh Nila Moeloek, kesehatan membutuhkan peran semua sektor dan tatanan masyarakat.
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.
Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita.
Dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.
Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.
Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah.
Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
"Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orangtua (seorang ibu), maka dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya.
Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan anaknya", tutupnya.
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunting, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR