Nakita.id - Belakangan ini ramai perkiraan pandemi baru setelah Covid-19.
Hal in diungkap oleh para ahli yang memperkirakan virus corona bukan pandemi terakhir di bumi.
Profesor Jean Jacques Muyembe Tamfum, dokter yang menemukan virus Ebola buka suara.
Ia memperingatkan bahwa virus mematikan baru akan menyerang umat manusia.
Penyakit yang dimaksud adalah 'Dieases X' atau 'Penyakit X'.
Dia mengatakan bahwa virus baru ini akan muncul di hutan Afrika.
Kami sekarang berada di dunia di mana patogen baru akan keluar."
"Dan itulah yang merupakan ancaman bagi kemanusiaan," katanya seperti dilansir dari Kompas.
Senada, Profesor Emeritus pengobatan darurat di Universitas Arizona, dr Kenneth Iserson mengatakan hal sama.
"Dunia sudah melihat sejumlah penyakit baru yang berpotensi berkembang menjadi Penyakit X," katanya.
Seperti apa penjelasan lengkapnya? Yuk simak!
Baca Juga: Peringatan WHO Tentang Disease X sebagai Pandemi Baru, Diminta Selalu Waspada
Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan, istilah Disease X sudah digunakan oleh World Health Organization (WHO) sejak tahun 2015.
Istilah itu digunakan untuk sebuah penyakit yang belum diketahui.
“Penyakit X ini adalah nama untuk penyakit yang belum diketahui. Huruf X dalam bahasa Inggris sering dikaitkan dengan sesuatu hal yang belum diketahui, tapi dari tahun 2015, istilah ini sudah dipakai oleh WHO," ujar Dicky.
Ada sekitar 1,6 juta virus yang belum diketahui manusia. Dari jumlah itu, sekitar 827 ribu yang dinilai bisa menginfeksi manusia dan hanya 263 virus yang benar-benar bisa menginfeksi manusia.
‘Disease X’ ini, kata Dicky, dianggap sebagai penyakit mudah menular yang berpotensi menyebabkan pandemi, dan menyebabkan kematian dalam jumlah banyak.
“Yang artinya 99% virus yang bisa menjadi ancaman pandemi itu belum kita ketahui. Memang luar biasa besar ancaman pandemi yang disebabkan oleh virus yang asal muasalnya dari hewan," kata Dicky.
'Disease X' merupakan epidemi yang masih menjadi hipotesis para ilmuwan dan diprediksi sangat mungkin menimpa manusia di masa mendatang. Kondisi itu termasuk dalam cetak biru daftar penyakit prioritas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Daftar penyakit itu ditinjau setiap tahun untuk mengidentifikasi 10 virus yang berisiko pada kesehatan global serius. Penyakit-penyakit tersebut diprioritaskan dalam penelitian dan pengembangan sebagai tindakan pencegahan.
PEI adalah penyakit menular yang kasusnya meningkat dalam 20 tahun terakhir. Secara keseluruhan, kondisi itu menyumbang 12% dari patogen manusia.
PEI dapat menyebar dan menjadi pandemi besar seperti Covid-19, hanya dengan satu virus yang mampu ditularkan secara signifikan antar manusia.
'Disease X' dapat muncul dan manusia mungkin akan kesulitan menanganinya karena tindakan pencegahan yang masih terbatas.
Baca Juga: Sambut Lebaran, Daia Manjakan Konsumen dengan Program DAIA Mudik Asyik
Pada Februari 2018, para ahli berkumpul di Jenewa, Swiss untuk mendiskusikan cetak biru lembaga penelitian dan pengembangan.
Selama pertemuan tersebut, 'Disease X' dimasukan dalam daftar ancaman kesehatan prioritas utama, setara dengan virus Ebola, Zika, demam Lassa, dan SARS.
EcoHealth Alliance, yang mempelajari ancaman virus zoonosis yang belum ditemukan sebagai bagian dari Global Virome Project (GVP), menulis di situs web mereka bahwa sumber virus tidak dapat diprediksi.
Perubahan iklim menjadi faktor yang menyulitkan, apalagi jika virus mematikan muncul saat mencairnya lapisan tanah beku setelah ribuan tahun.
Menurut WHO, 'Disease X' mewakili pengetahuan bahwa epidemi internasional yang serius dapat disebabkan oleh patogen yang saat ini tidak diketahui penyebabnya.
Cetak biru lembaga penelitian dan pengembangan berupaya untuk mempersiapkan diri menghadapi 'Disease X' yang tidak diketahui.
Ilmuwan pertama kali membuat cetak biru litbang pada 2016. Hal ini sebagai upaya mengatasi kesenjangan antara wabah pandemi dan kesiapan global. WHO terus mendorong ilmuwan untuk meneliti.
Kajiannya dapat membantu meminimalisir permasalahan sosial, ekonomi dan politik yang telah dialami selama pandemi Covid-19.
Saat forum di Jenewa, para ilmuwan memprediksi 'Disease X' berasal dari hewan, dan muncul dari tempat yang perkembangan ekonominya beriringan antara manusia dan satwa liar.
Ilmuan juga sebelumnya memprediksi mudahnya virus menyebar seperti flu musiman tetapi jauh lebih mematikan. Pandemi COVID-19 saat ini mungkin dapat dikategorikan sebagai 'Disease X' yang pertama.
‘Disease X’ lain yang bakal muncul mungkin lebih mematikan daripada Covid-19, sangat menular dan bermutasi dengan cepat.
Baca Juga: Pandemi Melandai, Minat Masyarakat untuk Staycation dan Berwisata Semakin Bertambah
"Cara penularannya tidak diketahui pada awalnya, begitu pula gambaran gejala atau tingkat keparahannya," ujar profesor sekaligus wakil dekan penelitian di Saw Swee Hock School of Public Health di National University of Singapore, Alex Cook.
Banyak ahli percaya 'Disease X' berasal dari penularan zoonosis, yang penularan virusnya dari hewan ke manusia. Ini adalah proses alami yang berpotensi cepat karena kegiatan ekonomi dan sosial, melalui kontak hewan dan manusia.
Pada September 2019, Public Health England (PHE) menyatakan bahwa 'Disease X' dapat bermanifestasi ke bentuk infeksi bakteri dengan peningkatan resistensi antibiotik.
Ada buku fiksi yang menulis tentang 'Disease X' yang ditulis Shannon C. Burdette berjudul Disease X by N. J. Croft and Disease X: The Outbreak. Buku ini menarik untuk dibaca karena menyajikan interpretasi penulis tentang epidemi mematikan.
Sehubungan dengan fakta-fakta ‘Disease X’ di atas, Dicky mengatakan, temuan 'Disease X' telah memperlihatkan adanya ancaman pandemi yang semakin besar.
Memang biasanya pandemi terjadi setiap lima tahun sekali dalam 20 tahun terakhir. Namun, Dicky memprediksi, pandemi penyakit menular lainnya saat ini bisa lebih cepat terjadi.
Dia pun membeberkan alasan mengapa pandemi bisa lebih cepat terjadi dalam kurun waktu yang biasa terjadi.
Menurutnya, pengabaian asas keseimbangan alam menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, interaksi antara hewan, manusia, dan alam semakin hari semakin tinggi. Dia pun mendorong adanya pendekatan one health.
"Itulah sebabnya kita perlu melakukan pendekatan one health atau pendekatan yang menyelaraskan pembangunan kesehatan dan lingkungan.
Sebab, ketidakharmonisan alam dengan manusia akan menyebabkan kerugian besar di bidang Kesehatan,” terangnya.
(Artikel ini sudah tayang di Grid Health dengan judul: Covid-19 Masuk Dalam 'Disease X', Ilmuwan Prediksi Masih Banyak Lagi Penyakit yang Bakal Muncul)
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR