Nakita.id - Komplikasi kehamilan sering menjadi momok untuk para ibu hamil, waspadai macamnya!
Kehamilan adalah periode yang sangat penting dan dinamis dalam kehidupan seorang perempuan.
Saat perempuan mengandung, tubuhnya mengalami berbagai perubahan fisik dan hormonal yang mempersiapkan untuk menyambut kehadiran bayi.
Namun, tidak semua kehamilan berjalan mulus.
Kadang-kadang, ada komplikasi yang dapat timbul selama masa kehamilan yang memerlukan perhatian medis yang lebih intensif.
Komplikasi kehamilan ini bisa membahayakan ibu hamil dan janin di dalam kandungan.
Melansir dari laman My Cleveland Clinic, berikut adalah sejumlah komplikasi kehamilan yang bisa terjadi.
Preeklampsia adalah kondisi serius yang menimpa sekitar lima persen perempuan hamil.
Moms akan didiagnosa terkena preeklampsia jika ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi dan urine mengandung protein atau mengalami gangguan hati dan ginjal setelah kehamilan berusia 20 minggu.
Kebanyakan calon Moms yang terkena preeklampsia mengembangkan sejumlah gejala ringan menjelang hari perkiraan lahir (HPL).
Mereka serta bayi mereka akan baik-baik saja jika mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca Juga: Waspada 5 Penyakit Berisiko Tinggi Saat Hamil yang Bisa Terjadi
Tapi preeklampsia bisa berkembang dengan cepat, dan preeklampsia yang parah bisa mempengaruhi banyak organ dan menimbulkan masalah serius, bahkan membahayakan nyawa. Wanita yang preeklampsianya parah atau terus memburuk perlu melahirkan segera.
Jika Moms mulai merasakan kontraksi teratur yang menyebabkan leher rahim mulai membuka (melebar) atau menipis sebelum kehamilan mencapai 37 minggu, Moms sepertinya akan mengalami persalinan prematur.
Ketika seorang bayi dilahirkan sebelum kehamilan berumur 37 minggu, hal itu disebut sebagai kelahiran prematur dan bayi Ibu dianggap sebagai bayi prematur.
Kelahiran prematur dapat menyebabkan masalah kesehatan atau bahkan berakibat fatal bagi bayi jika terjadi terlalu awal.
Semakin matang seorang bayi saat lahir, semakin cenderung ia mampu bertahan dan sehat.
Ketika telur yang dibuahi tertanam di luar rahim, kondisi itu disebut kehamilan ektopik.
Satu dari 50 kehamilan terjadi di luar rahim.
Karena sebagian besar kehamilan ektopik terjadi di salah satu saluran tuba falopi, kehamilan ini juga sering disebut sebagai kehamilan tuba.
Penting untuk mengetahui tipe kehamilan ini sejak awal karena janin yang tumbuh dapat menyobek saluran tuba falopi dan menyebabkan perdarahan dalam yang bisa berakibat fatal.
Karena tidak ada cara untuk memindahkan kehamilan ektopik ke dalam rahim, jalan satu-satunya yang bisa diambil adalah menghentikan kehamilan.
Diabetes gestasional adalah jenis diabetes mellitus yang berkembang hanya selama kehamilan dan biasanya menghilang pada saat persalinan.
Baca Juga: Kenali Ciri-ciri Hamil Anggur dan Cara Terbaik Mengatasinya
Jika Moms mengembangkan diabetes gestasional, dokter atau bidan akan melakukan pengawasan secara melekat pada kondisi.
Kebanyakan perempuan mampu mengontrol tingkat gula darah mereka dengan baik lewat diet dan olahraga dan melahirkan bayi yang sehat.
Tapi diabetes yang tidak dikontrol dengan baik bisa memiliki konsekuensi yang serius atas bayi.
Bagi Moms dengan diabetes gestasional, terdapat kemungkinan sebesar 25 sampai 50% untuk terus mengembangkan diabetes mellitus tipe dua pasca melahirkan.
Meski risiko ini bisa dikecilkan secara signifikan dengan tetap menjaga bobot ideal dan melakoni gaya hidup yang sehat.
- menerapkan hidup sehat sebelum kehamilan.
- melakukan kontrol kehamilan, USG dan tes kehamilan.
- berkonsultasi dengan masalah atau ketidaknyamanan yang dialami selama kehamilan.
- menjaga gaya hidup sehat selama hamil dengan konsumsi makanan bernutrisi.
- mengurangi level stres dan memperbanyak istirahat.
- mengonsumsi vitamin kehamilan yang diberikan oleh dokter atau bidan.
Baca Juga: 3 Manfaat Daun Kelor Untuk Ibu Hamil dan Cara Mengelolanya
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR