Mulai dari membangun keturunan dengan membangun karakter anak sebelum bersekolah dan berada di tempat-tempat lain selain dari keluarga.
"Ini yang penting untuk kita ingatkan bersama," kata dr. Hasto dengan tegas.
"Betapa kita perhatikan orang-orang yang mau membangun keluarga baru, kita sebut banyak catin atau calon pengantin, dia tidak punya ilmu tentang keluarga. Dia punya ilmunya cuma pre-wedding," ungkapnya.
Mulai dari menyewa tenda, makanan (katering), hingga biayanya. Tapi tidak dengan ilmu terkait pra-konsepsi, seperti periksa laboratorium.
"Nah, inilah pre-wedding yang terlalu besar dan terlalu mahal, tetapi pra-konsepsi sebetulnya murah tapi tidak dikerjakan," sebut dr. Hasto.
"Ini juga perlu, mindset-nya perlu digeser sedikit lah bahwa pra-konsepsi dan juga penyiapan kehidupan keluarga itu penting," katanya berpesan tegas.
Dirinya juga menyampaikan kekhawatiran bahwa tingkat perceraian di Indonesia meningkat.
"Ini berarti ada sesuatu yang salah di dalam keluarga ini, sehingga kita harus menurunkan angka perceraian ini dengan sekuat tenaga," ujar Kepala BKKBN ini.
"Dengan adanya era disrupsi, mungkin hubungan antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain, antara ayah, ibu, dan anak menjadi tidak seperti dulu, sehingga konflik-konflik kecil tidak terselesaikan di meja makan. Tetapi, sering akhirnya berujung di meja pengadilan agama misalnya gitu, karena mengajukan gugat perceraian," lanjutnya menyampaikan.
Ditambah, dr. Hasto menyebut bahwa dirinya yakin sekarang ini banyak orang yang agak individualis dan kurang bisa memberikan toleransi terhadap kehadiran orang lain.
Misalnya, ketika ada suatu hal yang tidak cocok antara suami dan istri, suami akan tidak mudah mentoleransi. Begitu pula istri.
Baca Juga: Ketahui 3 Fungsi Alat Kontrasepsi untuk Kesehatan Keluarga di Sini
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR