Nakita.id - Stunting merupakan masalah kesehatan akibat gizi buruk yang bisa terjadi apda anak-anak.
Dampaka dari stunting bisa menggangu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Masalah kesehatan stunting ini diakibatkan gizi buruk yang terjadi dalam waktu yang cukup lama.
Selain gizi buruk, anak bisa stunting dikarenakan infeksi berkali-kali, kelahiran prematur, hingga berat badan lahir rendah.
Kali ini, akan dibahas mengenai penyebab stunting, salah satunya praktek pengasuhan yang tidak baik.
Tim Nakita berkesempatan untuk melakukan Liputan Khusus kepada dr. Farida Nurhayati, M.KM sebagai Kepala Puskesmas Jaten 1 Karanganyar Jawa Tengah.
dr. Farida Nurhayati menjelaskan secara gamblang mengenai penyebab stunting.
"Penyebab stunting yang pertama karena praktek pengasuhan yang tidak baik. Mungkin kurangnya pengetahuan masyarakat saat hamil atau pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang tidak baik," papar dr. Farida.
"Anak tidak mendapat ASI eksklusif secara tuntas. Dari survei 2015 ini hanya 55 persen anak yang mendapat ASI eksklusif sampai umur 6 bulan," sambungnya.
Sangat penting bagi orangtua untuk mendapat pengetahuan mengenai nutrisi dan kesehatan anak.
"Penyebab lainnya yaitu anak tidak mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI) secara tepat. Mungkin karena pengetahuan orangtuanya kurang," ujarnya.
Baca Juga: Benarkah Anak yang Gelantungan Bisa Mencegah Stunting? Ini Faktanya
Penyebab lainnya bisa berupa terbatasnya layanan kesehatan dan pendidkan.
"Penyebab stunting lainnya yaitu terbatasnya layanan kesehatan, termasuk layanan saat kehamilan atau setelah melahirkan juga pembelajaran dini yang berkualitas untuk anak," ungkapnya.
"Misalnya ada anak yang tidak sekolah PAUD, pengajaran mengenai cara makan yang baik belum diajarkan, ini membuat anak tidak terbiasa," imbuhnya.
dr. Farida menjelaskan pentingnya peran Posyandu untuk mencegah stunting.
"Anak tidak ke Posyandu sehingga tidak terpantau tumbuh kembangnya bisa juga jadi penyebab anak stunting. Kurangnya akses terhadap makanan bergizi bisa juga jadi penyebab stunting. Masih banyak ibu hamil yang alami anemia," terangnya.
"Makanya diupayakan pencegahan anemia ini sejak remaja dengana danya Posyandu Remaja dan beberapa kegiatan sekolah berupa pemberian TTD," sambungnya.
Ada juga faktor yang kerap tak disadari bisa sebabkan stunting, yaitu masalah kebiasaan keluarga.
Keluarga yang kurang menjaga kebersihan berisiko memiliki anak stunting.
"Kebiasaan keluarga yang bisa sebabkan stunting bisa berupa kurangnya menjaga kebersihan. Pola kebersihan ini bisa memengaruhi pola gizi dalam keluarga," paparnya.
dr. Farida memaparkan apa saja dampak stunting baik dalam jangka pendek dan panjang.
"Jangka pendeknya anak stunting bisa alami gangguan perkembangan otak, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan pertumbuhan motorik," jelasnya.
Baca Juga: Sering Ada di Posyandu, Kacang Ijo Mampu Mencegah Stunting karena Manfaatnya yang Luar Biasa Ini
Sementara jangka panjang dampak dari stunting bisa memengaruhi kecerdasan dan kesehatan anak.
"Jangka panjangnya tentu akan memengaruhi kecerdasan sehingga akan mendapatkan prestasi tidak baik, produktivitas menurun.
"Anak stunting juga cenderung gemuk di usia tua disertai penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung, diabetes, dan sebagainya," imbuhnya.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, sebanyak 10,2 persen bayi di Indonesia lahir dengan berat badan rendah yaitu
Sebanyak 19,6 persen balita di Indonesia memiliki berat badan yang tidak sesuai dengan usianya.
Sementara 37,2 persen balita memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya (pendek).
Sehingga, sangat penting bagi masyarakat untuk sadar betapa pentingnya pencegahan dan penanganan stunting.
Diagnosis anak stunting juga tidak bisa dilakukan sembarangan.
Harus berdasarkan pemeriksaan dokter.
Itulah dia penjelasan mengenai penyebab serta dampak stunting yang wajib diketahui.
Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Mengapa Anak Bisa Stunting? Ternyata Bisa Disebabkan Pola Asuh Orangtua yang Kurang Efektif
Toys Kingdom dan MilkLife Wujudkan Senyum Anak Negeri untuk Anak-anak di Desa Mbuit
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR