Misalnya, remaja yang biasanya supel tiba-tiba murung, senang mengurung diri, dan enggak mau bermain bersama teman-temannya.
Kalau sudah ketahuan tanda-tandanya, lanjut Mita, orangtua bisa gali lebih dalam dengan cara mencoba mengajak remaja tersebut mengobrol.
"Kalau misalnya memang butuh bantuan dari luar, misalnya sama guru BK (bimbingan konseling) atau sama guru kelas, atau bahkan mungkin sama profesional, baru nanti diidentifikasi, dibantu, apakah memang ada masalah yang lebih serius. Apakah ada faktor tertentu atau tidak. Itu kan yang menentukan hanya profesional ya," saran Mita lagi.
Selain mengandalkan bantuan dari tenaga profesional, Moms dan Dads sebagai orangtua juga perlu tahu bagaimana penanganannya yang tepat.
Menurut Mita, jika sudah dalam tahap mengindikasikan banget, Moms dan Dads tidak perlu malu atau ragu untuk mencari bantuan profesional secepat mungkin.
"Secepat mungkin ada support dari tenaga ahli yang memang menguasai.
Jadi, secepat mungkin pula Moms dan Dads di rumah atau di kantor bisa menentukan langkah atau action apa yang memang sesuai sama kebutuhan anaknya," ungkap psikolog anak yang berpraktik di Lenting Indonesia ini.
"Karena setiap kondisi anak kan beda-beda banget ya, jadi mungkin kita perlu ada gambaran tertentu. Ini butuhnya apa supaya kita bisa memberikan lingkungan dan support yang tepat," terang Mita.
Tujuannya agar anak bisa bertumbuh kembang secara optimal.
Juga, agar permasalahan anak yang menunjukkan gejala-gejala gangguan mental bisa selesai.
Semoga artikel diatas bermanfaat ya, Moms dan Dads.
Baca Juga: Beda Usia Ayah-Anak Ternyata Bisa Mempengaruhi Gangguan Kesehatan Mental Si Kecil, Simak Faktanya
Defisiensi Zat Besi pada Anak Sebabkan Gangguan Perkembangan Kognitif dan Motorik
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR