Nakita.id - Kenali manfaat KB untuk mencegah stunting yang penting untuk diketahui para Moms, yuk simak!
Mencegah stunting merupakan tantangan besar dalam meningkatkan kualitas kesehatan generasi mendatang.
Stunting, atau gangguan pertumbuhan fisik pada anak akibat kekurangan gizi, dapat menyebabkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan dan perkembangan anak.
Salah satu langkah efektif dalam mencegah stunting adalah melalui program keluarga berencana (KB).
KB memainkan peran penting dalam memberdayakan keluarga untuk merencanakan kehamilan dengan tepat sesuai dengan kondisi sosial dan ekonomi mereka.
Dengan KB yang tepat dan dukungan akses gizi yang memadai, diharapkan prevalensi stunting dapat ditekan.
Melansir dari laman BKKBN, jarak waktu kehamilan dan persalinan memiliki korelasi besar dalam pemenuhan nutrisi bayi.
Kekurangan nutrisi pada masa kehamilan dan persalinan dapat menyebabkan risiko stunting pada anak.
Itu sebabnya, penggunaan alat kontraseosi sangat penting untuk mengatur jarak kehamilan.
Dan lagi, KB juga dapat mencegah kehamilan tidak diinginkan (unwanted pregnancy) yang bisa terjadi.
Pasalnya, kehamilan tidak diinginkan bisa berdampak pada ketidaksiapan Moms dan Dads dalam menyambut kehadiran anak.
Baca Juga: Sebelum Menikah, Sebaiknya Lakukan Pemeriksaan Ini Sebagai Upaya Pencegahan Anak Lahir Stunting
Masih melansir dari sumber yang sama, Kepala Badan Kependidikan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menjelaskan peran KB dalam mencegah stunting.
"Jarak kehamilan dan jarak persalinan menjadi sangat penting," buka Hasto Wardoyo.
"Peran KB setelah melahirkan menjadi sangat strategis untuk menjaga tingginya unwanted pregnancy karena di setiap unwanted pregnancy ada ketidaksiapan secara fisik, biologis maupun psikologis,” sambungnya.
Anak yang lahir tanpa perencanaan memiliki risiko tinggi kekurangan nutrisi.
Kurangnya nutrisi pada anak ini bisa menyebabkan anemia dan berpotensi stunting
Menurut dokter Hasto, Indonesia masih memiliki angka rendah dalam pemakaian KB.
Yakni hanya 30% dari jumlah wanita melahirkan setiap tahunnya.
“BKKBN dan Kementerian Agama sudah berkerja sama agar mensosialisasikan pentingnya persiapan tiga bulan sebelum pernikahan."
"Harus dicek kesehatannya sehingga ada waktu untuk perbaikan, bila HB rendah dan anemia bisa dikoreksi dulu dengan meminum pil penambah darah."
"Bila lingkar lengan kurang dari 23,5 cm bisa melakukan diet tinggi kalori tinggi protein sehingga meningkat status gizinya."
"Ini sangat penting untuk mencegah risiko kelahiran stunting,” paparnya.
Baca Juga: Demi Persiapkan Generasi Muda yang Sehat Jiwa, Pemerintah Gelar Sosialisasi Berbasis Posyandu
1. Kurang gizi
Gizi buruk pada masa kritis pertumbuhan, terutama pada masa kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan anak, dapat menyebabkan stunting.
Jika ibu hamil tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, pertumbuhan janin dalam kandungan bisa terganggu. Selain itu, pemberian ASI yang tidak cukup atau pemberian makanan yang tidak seimbang dan bergizi bagi bayi dan balita juga berperan dalam timbulnya stunting.
2. Infeksi berulang
Infeksi yang sering terjadi pada masa kanak-kanak, seperti diare dan infeksi pernapasan, dapat mengganggu penyerapan nutrisi dalam tubuh anak dan menyebabkan stunting.
3. Air bersih dan sanitasi yang buruk
Lingkungan yang kotor dan sanitasi yang buruk meningkatkan risiko terpapar kuman dan penyakit, yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak.
4. Penyakit pada ibu hamil
Beberapa penyakit yang diderita oleh ibu hamil, seperti malaria, HIV, atau tuberkulosis, dapat meningkatkan risiko stunting pada bayi yang dikandungnya.
5. Pendapatan rendah dan kemiskinan
Keluarga dengan pendapatan rendah dan terjebak dalam kondisi kemiskinan biasanya memiliki akses terbatas terhadap makanan bergizi, layanan kesehatan, dan lingkungan yang sehat, sehingga meningkatkan risiko anak mengalami stunting.
Baca Juga: Orangtua Wajib Tahu Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Stunting
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR