Nakita.id - Kita tentu tahu bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan.
Pasalnya, pendidikan merupakan kunci kesuksesan seorang anak di masa depan nanti.
Sehingga, Moms dan Dads harus memenuhi hak anak mendapatkan pendidikan tersebut sedini mungkin.
Selain di rumah, pendidikan juga bisa didapatkan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar sekaligus aktivitas yang ada di sana.
Meski begitu, anak yang belajar sekaligus beraktivitas di sekolah juga perlu dijaga kesehatan mentalnya.
Hal ini bertujuan agar kehidupan anak di sekolah tetap seimbang, tidak ada yang kurang dan tidak ada yang lebih.
Seperti yang dilakukan oleh Sekolah Cikal, Moms dan Dads.
Didirikan oleh Najeela Shihab, kali ini Nakita berkesempatan mewawancarai Head of School Cikal Tari Sandjojo terkait kesuksesannya di bidang pendidikan dan perannya di Sekolah Cikal.
Berlatar belakang di ilmu psikologi, Tari mengaku bahwa tujuan hidupnya sejak awal adalah ingin mempelajari lebih tentang perilaku manusia.
"Tapi kemudian di psikologi ada banyak jurusan, dan memang sepanjang perjalanan mempelajari jurusan tersebut," ceritanya saat ditanyai Nakita, Senin (31/7/2023).
"Saya berpikir bahwa saya memutuskan sepertinya lebih cocok di bidang pendidikan. Jadi, di psikologi pendidikan dan perkembangan," lanjutnya.
Sebelumnya pernah menjabat sebagai kepala sekolah Cikal, Tari tidak terpikir bisa membangun Sekolah Cikal sampai sebesar sekarang ini.
Ditambah, tidak terpikir akan mempunyai kontribusi yang besar dalam masyarakat.
"Lebih melihat bahwa pendidikan itu adalah suatu bidang yang membuat kita secara konstan, secara konsisten, terus menerus melakukan hal yang terbaik bukan untuk diri kita, tapi untuk anak-anak terutama. Dan, berbuat baik untuk melakukan hal terbaik untuk anak-anak itu adalah suatu motivasi yang cukup besar," katanya menjelaskan.
Hal inilah yang diterapkan di Sekolah Cikal, juga semua individu lain yang berkarya di dunia pendidikan.
"Kita akan melakukan segala hal yang terbaik buat anak-anak," ucapnya dengan tegas.
Selama menjadi kepala sekolah, Tari selalu memposisikan dirinya sebagai sekolah yang memang berpihak pada anak, sesuai dengan visi Sekolah Cikal.
"Karena, tidak sekadar memberikan atau membangun fasilitas yang cukup beragam agar memenuhi minat anak. Tapi juga yang paling penting adalah memberikan banyak pilihan pada anak, memberikan banyak opsi," ujarnya.
Menurut Head of School Cikal ini, anak harus melihat bahkan mengetahui bahwa hidup penuh dengan beragam pilihan yang harus diputuskan.
Kemudian, tak kalah pentingnya adalah melibatkan anak dalam berbagai keputusan-keputusan yang penting dalam hidupnya.
"Jadi, berpihak pada anak itu sebetulnya highlight-nya atau garis bawah yang paling utama itu adalah sebetulnya bagaimana kita di sekolah ini (Sekolah Cikal) memfasilitasi," katanya dengan tegas.
Baca Juga: Biaya Masuk Sekolah Cikal, Sekolah Bergengsi Kumpulan Anak-anak Artis
"Jadi, komunikasinya bukan sekadar satu arah saja. Ada lah pasti aturan atau kebijakan yang anak harus taati, tapi yang paling penting adalah bagaimana membuat anak merasa jadi bagian itu juga. Karena, hidup itu kan yang menjalani anak ya," tutur Tari.
"Tugas kita sebagai orang dewasa di sekitarnya, baik itu guru, orangtua, saya misalnya sebagai kepala sekolah, ataupun leader (pemimpin) sekolah lainnya adalah memfasilitasi hal itu, proses itu," sambungnya.
Tentunya, lanjut Tari, tugas ini dilakukan secara bersama-sama dan masih dilakukan sampai sekarang. Ditambah, sering berefleksi demi kemajuan yang lebih baik.
Tak jauh berbeda dari jabatan sebelumnya, peran Tari sebagai Head of School Cikal ini memiliki cakupan yang lebih luas.
Misalnya seperti, menyebarkan praktik-praktik baik yang diterapkan Sekolah Cikal ke banyak sekolah di seluruh Indonesia.
Kemudian juga, memikirkan berbagai cara agar para guru Sekolah Cikal bisa aktif terlibat dalam aktivitas sekolah.
"Pendidikan itu adalah tentang bagaimana menyebarkan praktik baik bersama-sama, berkolaborasi," sebut Tari dengan tegas.
"Mungkin Sekolah Cikal ada Yayasan Guru Belajar, ada Kampus Guru Cikal, ada Komunitas Semua Murid Semua Guru. Itu sebenarnya adalah bentuk-bentuk dimana kita bisa menyebarkan praktik baik di bidang pendidikan secara bersama-sama dan dalam skala yang lebih luas," lanjutnya menerangkan.
Selain dalam hal pendidikan, Tari juga menyampaikan bagaimana cara membangun Sekolah Cikal sebagai sekolah yang ramah kesehatan mental bagi peserta didik maupun guru.
Menurutnya, agar kesehatan mental peserta didik dapat terjaga dengan baik, Sekolah Cikal memberikan banyak hal untuk bisa seimbang juga berbagai inovasi.
"Kalau dari secara fisik adalah, imbang antara aktivitas fisik dengan makanan yang sehat dan menu yang imbang. Kemudian juga, kegiatan-kegiatan yang memberikan kesempatan untuk anak betul-betul bisa sadar diri, kegiatan mindfulness begitu ya," ujarnya.
Baca Juga: Lengkap! Intip Biaya Masuk Sekolah Cikal Surabaya Beserta Fasilitasnya
"Dan kemudian, kegiatan-kegiatan yang membuat anak tuh bisa melihat dampak perilaku dengan lingkungan sekitar. Membuat tema-tema yang memikirkan bumi ini secara utuh atau lingkungan sekitar secara mendalam begitu ya," tambah Tari.
Sementara itu untuk para guru Sekolah Cikal, Tari mengungkap bahwa ada program-program yang diadakan untuk membantu mereka memperbaiki kesehatan mentalnya secara bertahap.
"Apalagi, pekerjaan sebagai guru itu kan pekerjaan yang sama sekali tidak mudah ya. Apalagi kalau kita mau memberikan banyak pilihan pada anak, kita mau betul-betul melakukan personalisasi pada setiap murid-murid kita satu per satu.
Itu juga butuh kapasitas kepala, kapasitas hati, dan kapasitas semuanya dari guru-guru kita yang cukup baik," katanya menerangkan.
Salah satu program yang diadakan adalah Pojok Kopi, yang diadakan sebulan 1-2 kali pada hari Jumat.
Berdasarkan penjelasan Tari, Pojok Kopi ini merupakan suatu pojok yang tersebar di Sekolah Cikal dan menyediakan minuman kopi yang bisa dinikmati para guru menjelang jam makan siang.
"Mungkin sangat simpel, tapi itu sebetulnya kayak bukan sekadar (minum) kopinya ya. Tapi, satu momen dimana semua orang yang ada di satu sudut Sekolah Cikal datang ke pojok itu dan mengambil kopinya. Kemudian, berdiskusi sebentar tentang berbagai hal yang mungkin di luar pekerjaan," jelasnya.
"Kita sih maunya minumnya di situ ya. Sambil ngobrol, sambil saling berbagi mungkin sekitar 5-15 menit. Tapi, itu adalah salah satu upaya untuk membuat teman-teman punya break sebentar gitu dan berbagi satu sama lain," lanjutnya berharap.
Sebagai seorang psikolog maupun seorang ibu, Tari tentu harus pintar-pintar membagi waktunya antara pekerjaan dengan keluarganya.
"Karena kebetulan saya juga psikolog, jadi saya harus punya waktu untuk mengeluarkan semua masalah yang ada di dalam kepala. Baik milik saya sendiri maupun milik orang lain. Psikolog itu punya psikolog juga," ungkapnya.
Kemudian selain itu, Tari membuat sekaligus mengatur rencana yang cukup fleksibel untuk melihat atau melakukan beberapa penyesuaian kedepannya. Misalnya, ada sesuatu yang lebih urgent dibandingkan rencana lain, sehingga harus dibuat penyesuaian.
Baca Juga: Dukung Transformasi Pendidikan, Belajaraya 2023 Kembali Diadakan dan Dorong Kolaborasi Lintas Sektor
"Kemudian kita tahu batas. Kalau mau mental health ya, kita tahu batas tubuh kita. Kalau buat saya sih patokannya adalah saya harus bisa tidur dan saya enggak boleh sakit kepala," sebut Tari.
"Karena, itu adalah indikator pertama badan kita untuk bilang bahwa, 'I'm too tired', 'This is overload'. Nah, itu tuh benar-benar harus ngerasain di badan kita seperti apa dan indikator saya juga itu," lanjutnya menjelaskan.
Dirinya menyampaikan jika sudah mulai sakit kepala, itu tandanya harus segera berhenti dan beristirahat.
Atau, melakukan hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan dan tentunya menyenangkan.
"Misalnya main sama anak-anak, jalan sama anak-anak, jalan sama keluarga, bermain sama binatang periharaan, sesuatu yang harus imbang. Sehingga, pada saat harus berhadapan dengan kewajiban-kewajiban, kita siap," terangnya.
Terakhir, Tari berharap agar para guru di Indonesia tetap terus berkolaborasi satu sama lain dan tidak bekerja sendirian.
"Banyak sekali hal-hal yang bisa kita pelajari dari masing-masing pendidik satu sama lain, dari sekolah satu sama lain," sebutnya.
"Saya percaya bahwa semua orang yang ada di pendidikan itu punya intensi yang baik. Untuk bisa memberikan yang terbaik buat anak-anak didiknya, untuk bisa memberikan pengembangan diri seluas-luasnya kepada guru-gurunya," ujarnya.
Tari menyebut bahwa para guru bisa mulai mencoba membuka wawasan baru, bergandengan tangan dengan komunitas lain, sekolah lain, juga rekan-rekan pendidik dari berbagai sekolah, agar mendapat banyak sekali masukan untuk melakukan praktik baik di sekolah masing-masing.
"Sekarang ini, pendidikan di Indonesia semangatnya adalah semangat berkolaborasi, bergandengan tangan. Jadi ya, manfaatkan saja untuk bisa sebanyak mungkin belajar dari satu sama lain," tutup Tari.
Untuk informasi lebih lengkap terkait Sekolah Cikal bisa langsung mengunjungi situs resmi https://www.cikal.co.id. Atau, bisa juga mengunjungi akun resmi Instagram Sekolah Cikal @sekolahcikal.
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR