Ini menunjukkan, terlepas dari kondisi dukungan dan perlindungan hukum saat ini, para pekerja merasa tetap bisa menyusui sambil bekerja.
Bahkan ketika dilakukan analisis untuk melihat aspek apa saja yang dianggap membentuk opini ini, ditemukan dua indikator yaitu:
(1) Persepsi kebijakan waktu kerja berupa kebebasan waktu menyusui atau memompa ASI selama kerja bagi ibu menyusui, dan
(2) Persepsi pemerintah sudah cukup mengakomodir ibu menyusui yang bekerja untuk tetap bekerja dan sukses menyusui, menjadi dua persepsi dominan para pekerja.
Bahkan ketika dikaji persepsi antara cuti 6 bulan dan cuti 3 bulan, mayoritas responden mendukung penuh bila ada kebijakan cuti melahirkan 6 bulan dengan gaji penuh.
Namun terjadi polarisasi persepsi pada kebijakan cuti 3 bulan.
Pasalnya, dengan kondisi cuti 3 bulan pun sebenarnya pekerja perempuan dianggap bisa tetap menjalankan peran ganda sebagai ibu menyusui dan pekerja.
Selama tentu saja faktor supportive seperti dukungan fasilitas, waktu kerja fleksibel dan kebebasan memompa ASI di tempat kerja tetap dilindungi.
Hal ini diperkuat dengan temuan kunci lain yaitu secara statistik ada hubungan yang signifikan antara kebijakan pemerintah yang sudah mengakomodir dukungan ibu menyusui yang bekerja dengan kesuksesan mereka menyusui.
Begitupun dengan aspek pengetahuan dan pendidikan.
Baca Juga: Benarkah Harus Membuang ASI Setelah Keluar di Rumah Agar Si Kecil Tidak Masuk Angin?
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR