Dan baru kemudian pada abad ke-15, yaitu masa dakwah Islam yang dipelopori oleh tokoh-tokoh sufi yang dikenal dengan sebutan Wali Songo, Islam dapat diterima dan diserap ke dalam asimilasi dan akulturasi budaya Nusantara.
Meskipun fakta dan data sejarah pada masa ini lebih banyak diperoleh dari sumber historiografi dan cerita lisan, namun satu hal yang pasti bahwa pada masa itu Islam sudah terdeteksi melalui jaringan kekeluargaan tokoh-tokoh masyarakat yang beragama Islam, yang menggantikan kedudukan dan jabatan tokoh penting non muslim yang cukup berpengaruh pada masa akhir kerajaan Majapahit.
Terdapat bukti sejarah dari arkeologi petilasan Islam di Nusantara yaitu keberadaan makam Fatimah binti Maimun bin Hibatallah, yang berada di Dusun Leran, Desa Pesucian, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Dalam prasasti makam tersebut menunjukkan tahun 475 H/1082 M.
Secara arkeologis, makam Fatimah binti Maimun yang terletak di Desa Leran, 12 kilometer di sebelah barat kota Gresik dianggap sebagai satu-satunya bukti sejarah tertua di Nusantara, yang sepertinya berhubungan dengan peristiwa migrasi Suku Lor asal Persia yang datang ke tanah Jawa pada abad ke-10 M.
Selain makam utama Fatimah binti Maimun, di sekitarnya berserakan pula makam-makam lain yang tidak ada prasasti dan menunjukkan angka tahun, tetapi berdasarkan kajian arkeologis makam-makam tersebut memiliki pola ragam hias dari abad ke-16.
Jenis nisan serupa dengan yang ditemukan di Champa, berisi tulisan tentang doa-doa kepada Allah Swt.
Dalam bukunya Islam Comes to Malaysia, S.Q. Fatimi menuliskan bahwa jenis khat kufi pada nisan di makam-makam di sekitar makam Fatimah binti Maimun tersebut, kemungkinan dibuat oleh seorang penganut Syiah.
Hal itu didasarkan pada argumentasi bahwa pada masa tersebut, muslim yang datang ke Nusantara kebanyakan berasal dari Persia yang kemudian bermukim di Timur Jauh, salah satunya adalah Suku Lor yang bermigrasi pada abad ke-10 Masehi.
Ditemukannya makam Fatimah binti Maimun dan makam-makam lain di sekitarnya tersebut, menurut penelitian S.Q. Fatimi sangat mungkin berkaitan dengan dakwah Islam yang dilakukan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim pada seperempat akhir abad ke-14 dan seperempat awal abad ke-15.
Menurut cerita masyarakat di wilayah tersebut, pertama kali Syekh Maulana Malik Ibrahim datang ke Desa Sembalo, di sebelah utara Desa Leran.
Baca Juga: Lengkap! Kunci Jawaban PAI Kelas X Halaman 232-235 Kurikulum Merdeka
Maulana Malik Ibrahim mendirikan masjid untuk beribadah dan kegiatan dakwah di Desa Pesucian.
Dan setelah membentuk komunitas muslim, beliau berpindah ke Desa Sawo di wilayah Gresik.
Dalam The History of Java, Thomas S. Raffles mencatat cerita dari penduduk setempat, bahwa Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ulama yang termasyhur yang berasal dari Arab, keturunan dari Zainal Abidin dan merupakan sepupu Raja Chermen.
Maulana Malik Ibrahim menetap bersama para Mohamedans (orang-orang Islam) di Desa Leran di Jenggala.
Besar kemungkinan makam-makam tersebut di atas berhubungan dengan komunitas muslim yang dibentuk oleh Maulana Malik Ibrahim di Leran pada seperempat akhir abad ke-14.
Mereka juga memuliakan makam Fatimah binti Maimun yang dianggap sebagai makam muslimah yang lebih tua, sehingga mereka yang hidup pada abad ke-16 merasa bangga apabila mereka dimakamkan di area makam tua yang dikeramatkan tersebut.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR