Nakita.id - Polusi udara yang semakin memburuk belakangan membuat banyak orang khawatir.
Polusi udara yang semakin buruk menimbulkan berbagai gangguan terkait pernapasan seperti batuk, pilek, dan demam, selama beberapa bulan terakhir.
Kini, kondisi polusi udara di beberapa wilayah Indonesia, terutama Jabodetabek, masih tidak menentu bahkan didominasi oleh tingkat kualitas udara yang buruk.
Risiko penyakit pernapasan pun meningkat sebesar 34% ketika terjadi kenaikan polusi PM2.5 sebesar 10 μg/m3 pada periode Juni-Agustus 2023.
Hal ini diungkap melalui laporan studi gabungan yang dilakukan oleh platform digital pemantau kualitas udara, Nafas bersama Halodoc tentang dampak polusi udara terhadap risiko kesehatan masyarakat.
Berikut lima temuan utama dari hasil studi Nafas dan Halodoc yang dilakukan pada periode Juni-Agustus 2023:
1. Terjadi peningkatan keluhan penyakit pernapasan di Halodoc sebesar 34% pada bulan Juni, ketika terdapat kenaikan polusi PM2.5 sebesar 10 μg/m3.
2. Polusi meningkat, persentase keluhan penyakit pernapasan di setiap kecamatan di Jabodetabek meningkat hingga 41%.
3. Semakin sering kejadian polusi tinggi (PM2.5 di atas 55 μg/m3), ada potensi semakin tinggi risiko terjadinya keluhan penyakit pernapasan dalam kurun waktu 12 jam.
4. Keluhan terkait Sinusitis dan Asma mengalami kemunculan kasus tercepat (3- 48 jam), sementara keluhan terkait Asma dan Bronkitis mengalami peningkatan kasus tertinggi (5 kali lipat).
5. Peningkatan kasus penyakit pernapasan tertinggi terjadi pada kelompok sensitif, yaitu sebesar 48% di kelompok usia di atas 55 tahun dan disusul 32% di kelompok usia 0-17 tahun.
Baca Juga: Manfaat Menanam Tanaman Lidah Mertua di Rumah, Rahasia Buat Rumah Jadi Menakjubkan
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR