Nafas menilai bahwa diperlukan lebih banyak lagi kajian lokal untuk menghadirkan temuan yang lebih relevan terkait polusi PM2.5 dan hubungannya dengan penyakit pernapasan di Jabodetabek.
Piotr Jakubowski, Co-founder & Chief Growth Officer Nafas menyatakan “Nafas dengan bangga dapat berkolaborasi dengan Halodoc untuk dapat menyajikan data-data terkait polusi udara serta keterkaitannya dengan penyakit pernapasan yang saat ini tengah banyak melanda masyarakat.
Harapannya, melalui laporan studi ini, masyarakat dapat lebih memahami risiko kesehatan akibat polusi udara yang dampaknya dirasakan mulai dari jangka pendek, tidak hanya jangka panjang saja.
Saat ini kami juga terus berkomitmen memperluas jaringan pemantauan kualitas udara yang saat ini sudah terpasang di lebih dari 180 titik lokasi pemantauan di berbagai kota.”
dr. Anas Ma’ruf, MKM, Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI menyampaikan, “Apresiasi kami bagi Halodoc dan Nafas sebagai platform digital yang telah bersama-sama menaruh kepedulian pada isu polusi udara ini.
Kami mengimbau masyarakat untuk terus rajin menerapkan protokol kesehatan untuk mengurangi efek buruk dampak polusi udara.
Kita mendorong masyarakat untuk menerapkan dua hal untuk mencegah dampak polusi udara yaitu:
1) Memakai masker medis terutama bila beraktivitas di luar ruangan;
2) Segera memeriksakan diri ke faskes bila mengalami gangguan pernapasan.
Masyarakat juga dapat memanfaatkan layanan telekonsultasi untuk deteksi dini dampak kesehatan dari polusi udara.
Mari bersama-sama kita melindungi diri dan menjaga lingkungan dari polusi mulai dari lingkup terkecil, misalnya pengurangan penggunaan kendaraan bermotor berbahan fosil, tidak lakukan pembakaran sampah, mengurangi emisi dari rumah tangga seperti asap rokok dan lainnya.
Baca Juga: 10 Tanaman Hias Penyerap Polusi Udara, Dijamin Rumah Lebih Sehat dan Segar
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR