“Karena, dengan mengenal informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar, mendapatkan informasi yang baik dan benar, tentu anak remaja dapat menjaga serta memelihara reproduksinya, juga mengetahui bagaimana proses reproduksi itu bisa dilakukan bagi tubuh kita,” kata Rini menyampaikan.
Dirinya menegaskan, edukasi mengenai kesehatan reproduksi itu harus diberikan kepada anak sedini mungkin.
"Karena, anak-anak sekarang itu kalau kita lihat periodisasi usia anak bahwa tubuh anak, globalisasi, juga pengaruh dari berbagai macam hal itu reproduksi setiap anak berbeda-beda," ungkapnya.
Di usia PAUD, orangtua bisa mulai mengajarkan anaknya terkait bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh oleh orang dewasa lain, selain orangtuanya.
Kemudian, bagaimana cara mencuci atau bahkan membersihkan bagian intim setelah buang air kecil dengan benar.
"Itu harus dijelaskan dengan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti (sesuai tingkatan usia anak)," tegas Rini.
"Nah, berbeda dengan anak-anak pada tingkatan usia yang sudah mulai menstruasi kemudian juga sudah mengalami berbagai macam pertumbuhan dari sisi bodinya ya. Ini tentu berbeda cara mengenalkan kesehatan reproduksinya," lanjutnya menjelaskan.
Misalnya, di usia 10-13 tahun atau usia 15-25 tahun yang harus disesuaikan bahasanya ketika menjelaskan.
Rini menyampaikan, tujuan dikenalkannya kesehatan reproduksi ini adalah untuk mencegah berbagai macam bentuk kekerasan termasuk kekerasan seksual.
Kemudian juga, agar anak baik perempuan maupun laki-laki dapat bertanggung jawab untuk menjaga sekaligus memelihara alat reproduksinya dengan baik.
Sehingga, dapat mencegah risiko perkawinan anak serta kehamilan di usia anak yang tidak diinginkan.
Baca Juga: Perempuan dengan Dismenore Menandakan Kesehatan Reproduksi yang Kurang Baik, Benarkah?
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR