Nakita.id - Tanggal 26 September diperingati sebagai Hari Kontrasepsi Sedunia.
Melalui peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia, diharapkan para pasangan sadar akan pentingnya penggunaan kontrasepsi untuk merencanakan keluarga yang sehat dan berkelanjutan.
Penggunaan kontrasepsi juga dilakukan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Seperti yang sudah Moms dan Dads mungkin ketahui, ada beberapa metode kontrasepsi yang bisa dipilih.
Diantaranya kontrasepsi alami, kontrasepsi permanen (sterilisasi), juga kontrasepsi hormonal dan non hormonal.
Mungkin Moms dan Dads pernah mendengar bahwa ovulasi bisa menjadi kontrasepsi alami.
Namun menurut dr. Wisnu Setyawan, Sp.OG-KFER, menentukan kapan terjadinya ovulasi inilah bisa menjadi upaya bagi pasutri untuk mencegah kehamilan.
"Ini kita kenal dengan cara metode kontrasepsi kalender ya.
Ini bisa mencegah terjadinya pertemuan sperma dan sel telur," kata dr. Wisnu dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, Rabu (27/9/2023).
Untuk cara menghitungnya adalah siklus terpanjang dikurangi 11 (sebelas) hari, dan siklus terpendek dikurangi 18 (delapan belas) hari.
"(Setelah dihitung) maka, pada waktu tersebutlah pasangan dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan suami istri," ujarnya.
Baca Juga: Fakta Dibalik Penggunaan Kontrasepsi Dapat Memengaruhi Kesuksesan Program Kehamilan
dr. Wisnu menjelaskan, masa subur perempuan sendiri hanya berlangsung sekitar 1-2 kali 24 jam dalam setiap siklus.
"Untuk menentukan waktu suburnya itu tergantung dari siklus haid masing-masing perempuan," kata dokter obgyn yang berpraktik di Morula IVF Tangerang ini.
Moms dengan siklus haid teratur, misalkan 28 hari, Moms hanya perlu menguranginya dengan 14 hari sehingga masa suburnya adalah 14 hari dari tanggal haid yang akan datang.
Contoh lainnya adalah, Moms dengan siklus haid 30 hari maka kurangilah dengan 14 hari sehingga masa suburnya adalah 16 hari dari tanggal haid yang akan datang.
"Siklus 32 hari berarti, 32 dikurangi 14 berarti 18 hari dari tanggal haid yang akan datang," tambah dr. Wisnu.
Akan tetapi, dokter obgyn ini mengatakan bahwa jarang sekali wanita memiliki siklus haid yang teratur.
Akibatnya, menggunakan rumus hitungan diatas menjadi tidak mempan.
Apabila Moms tidak memiliki siklus haid yang teratur, salah satu cara yang bisa dipilih adalah dengan pemeriksaan USG secara berkala.
"Di situ, dokter akan memantau perkembangan sel telur diikuti ukurannya hingga mencapai ukuran yang optimal.
Sampai ditemukan adanya tanda-tanda ovulasi atau pecahnya sel telur, di hari-hari itulah kita tentukan sebagai masa subur," kata dr. Wisnu menerangkan.
Baca Juga: Alat Tes Kesuburan Wanita untuk Mengecek Masa Ovulasi dengan Akurat, Cek di Sini!
Selain dengan USG, cara lainnya untuk menentukan masa ovulasi pada perempuan adalah dengan mengukur kadar hormon dalam tubuh.
"Ada hormon-hormon tertentu yang bisa dijadikan patokan untuk menentukan kapan masa subur terjadi pada seorang perempuan," jelas dr. Wisnu.
"Akan tetapi, yang paling bisa digunakan adalah hormon LH (luteinizing hormone)," lanjutnya.
Untuk pengukuran hormon LH ini bisa menggunakan kadar LH dalam darah atau dalam urine, Moms.
"Jadi, Moms di rumah bisa menggunakan metode ini untuk memantau kapan kira-kira masa subur," ujar dokter obgyn ini.
Meski begitu, perlu Moms dan Dads perhatikan bahwa masa subur juga ditentukan oleh usia hidup sel telur dan sperma.
"Pada umumnya, sel telur itu akan bertahan hidup dalam 1x24 jam, sedangkan sperma itu bisa mencapai 3x24 jam atau 72 jam," ungkap dr. Wisnu.
"Jadi, masa subur itu bisa dibilang kurang lebih dikurangi 3 (tiga) hari dari waktu ovulasi. Atau, sampai 1 (satu) hari sesudah ovulasi," lanjutnya menerangkan.
Menurut dr. Wisnu, dengan patokan seperti itu, apabila suami istri berhubungan tiga hari sebelum terjadi ovulasi, sperma masih bisa hidup dan membuahi pada saat ovulasi.
Atau, suami istri berhubungan satu hari sesudah ovulasi apabila sel telurnya masih hidup.
Menurut dr. Wisnu, agar promil bisa sukses, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari tahu penyebab masalah gangguan kesuburan pada pasutri.
Baca Juga: Berbagai Penyakit yang Bisa Berakibat pada Kesuburan Wanita, Simak!
"Lalu, solusinya atau promilnya kita sesuaikan dengan penyebabnya," lanjut dr. Wisnu.
"Kalau penyebabnya bisa dikoreksi, koreksi dulu penyebabnya," ujarnya.
Dokter obgyn ini menyampaikan ada banyak penyebab gangguan kesuburan, baik pada laki-laki maupun perempuan.
Gangguan kesuburan pada laki-laki ada yang dari tingkat ringan, sedang, berat, sampai yang tidak memiliki sperma sama sekali (azoospermia).
"Kalau gangguan kesuburannya hanya sperma berjumlah sedikit, mungkin kita bisa arahkan untuk modifikasi gaya hidup. Mulai dari mengurangi rokok, olahraga, juga diberikan suplemen untuk memperbaiki kualitas spema," terang dr. Wisnu.
"Tapi, kalau misalnya masalah yang dihadapi adalah azoospermia, maka pendekatannya tentu berbeda. Tentu kita tidak lakukan pemberian suplemen, tapi kita cari sebabnya kenapa terjadi azoospermia," lanjutnya menerangkan.
Apabila produksi sperma tidak ada di testis laki-laki, dr. Wisnu menjelaskan bahwa nantinya akan dilakukan pencarian sperma ke buah zakar untuk dipertemukan dengan sel telur perempuan.
Di sisi lain, gangguan kesuburan pada perempuan yang umumnya terjadi adalah tidak adanya ovulasi dan saluran telur buntu atau tersumbat.
"Kalau misalnya penyebab gangguan kesuburan pada perempuan adalah tidak adanya ovulasi atau gangguan di masa subur, kita berikan obat penyubur untuk merangsang timbulnya ovulasi," jelas dokter obgyn ini.
"Tapi, kalau misalnya gangguannya adalah saluran telur yang buntu atau tersumbat, maka satu-satunya solusi adalah mempertemukan sel telur dengan sel sperma di luar tubuh," lanjutnya menjelaskan.
Pasalnya, pembuahan tidak mungkin terjadi di dalam tubuh akibat saluran telur yang buntu atau tersumbat ini. Semoga bermanfaat!
Baca Juga: 5 Ciri Wanita Subur dan Gampang Hamil yang Wajib Moms Kenali Sekarang
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR