“Alhasil, kekerasan menjadi bagian sehari-hari dari anak yang melakukan kekerasan,” sambungnya.
Berbicara soal penyebabnya, Jane mengatakan bahwa keluarga merupakan faktor utama perilaku kekerasan oleh anak bisa muncul.
“Faktor utama yang membuat anak cenderung melakukan kekerasan adalah biasanya dari keluarga, baik orangtua ataupun orang yang tinggal serumah dengan anak tersebut setiap harinya melakukan kekerasan,” kata Jane.
“Jadi, anak merasa kekerasan itu adalah hal yang “normal” dalam kesehariannya,” lanjutnya.
Selain itu, para orangtua juga perlu waspada dengan faktor lainnya seperti lingkungan, teman-temannya, area di sekitar rumah, juga pengaruh media dan tontonan.
Benarkah tontonan kekerasan di media dapat berpengaruh pada perilaku kekerasan oleh anak?
“Betul, sangat ada hubungannya antara tontontan kekerasan di media dan perilaku kekerasan yang dilakukan anak.
Terlebih lagi, jika orangtua tidak memantau tontonan yang dikonsumsi anak,” ungkap Jane.
Hal ini pun bisa menjadi semakin parah apabila anak secara terus-menerus dan konsisten menonton yang mengandung kekerasan.
Nantinya anak akan bisa meniru adegan kekerasan yang dikonsumsi dari media.
“Lingkungan tempat tinggal sangat memengaruhi perilaku anak.
Misalnya, jika anak tinggal di lingkungan yang menganggap kekerasan adalah hal “normal”, anak melihatnya setiap hari, nantinya akan sangat mungkin meniru apa yang dilihat,” ujar Jane saat dihubungi oleh Nakita, Jumat (29/9/2023).
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR