Pada pria, pembengkakan prostat atau penyakit prostat tertentu seperti hiperplasia prostat benigna (BPH) dapat memengaruhi aliran urine dan menyebabkan frekuensi berkemih yang tinggi.
Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan atau menopause dapat memengaruhi kandung kemih dan menyebabkan frekuensi berkemih yang meningkat.
Minum terlalu sedikit cairan atau dehidrasi bisa membuat urine menjadi lebih pekat dan menyebabkan dorongan berkemih yang lebih sering.
Kondisi seperti sistitis interstisial dapat menyebabkan kandung kemih lebih kecil dari biasanya, sehingga menampung sedikit urine.
Kafein dan alkohol adalah diuretik alami yang dapat meningkatkan produksi urine, sehingga memicu frekuensi berkemih yang lebih tinggi.
Radang kandung kemih atau cystitis interstisial adalah kondisi yang menyebabkan peradangan di dalam kandung kemih dan gejala dorongan berkemih yang kuat.
Stres atau kegelisahan yang berlebihan dapat memengaruhi fungsi kandung kemih dan menyebabkan perasaan ingin buang air kecil yang lebih sering. Jika Anda mengalami gejala frekuensi berkemih yang tinggi, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan mungkin pemeriksaan pencitraan seperti USG untuk menentukan penyebabnya.
Penanganan akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya, dan bisa mencakup penggunaan antibiotik untuk ISK, terapi fisik untuk kandung kemih hiperaktif, atau perawatan khusus lainnya.
Selalu ingat bahwa frekuensi berkemih yang tinggi bisa menjadi tanda masalah kesehatan yang perlu ditangani dengan serius. Jangan ragu untuk mencari bantuan medis jika Anda mengalami gejala ini.
Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan.
Baca Juga: Penyebab Bayi Terlahir Prematur Ternyata Bisa Karena Ibu Mengalami Kondisi Ini
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR