Nakita.id - Berikut ini adalah penjelasan mengenai menguatkan iman melalui ikhlas dalam mata pelajaran PAI kelas XI kurikulum merdeka.
Ikhlas dalam ajaran Islam mengacu pada tindakan atau niat yang dilakukan dengan tulus, tanpa motif atau hasrat lain selain memenuhi keridhaan Allah.
Ikhlas merupakan aspek penting dalam ibadah dan tindakan moral dalam Islam, menekankan pentingnya niat yang murni dan tulus dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Ikhlas juga berarti melakukan sesuatu tanpa mengharapkan pujian, pengakuan, atau ganjaran duniawi, melainkan hanya mencari kebaikan dan ridha Allah.
Ini adalah prinsip yang mendorong muslim untuk berbuat baik, bersedekah, dan menjalani hidup dengan tulus dan rendah hati.
Kata ikhlas berasal dari bahasa Arab.
Secara harfiah, ikhlas berarti murni, jernih, kosong dan membersihkan sesuatu.
Ikhlas berarti suci dan berniat, bersihnya batin dalam beramal dan tidak berpura-pura.
Ikhlas juga memiliki pengertian lurusnya hati dalam bertindak dan jauh dari penyakit riya.
Dengan ini, ibadah hanya diperuntukkan untuk mengharap ridha Allah.
Jika dikaitkan dengan ibadah, ikhlas berarti tidak memperlihatkan amal kepada orang lain.
Baca Juga: Menguatkan Iman dengan Menjaga Kehormatan dalam Buku PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
Menurut al-Jurnani dalam kitabnya, al-Tarifat memberikan pengertian ikhlas adalah membersihkan amal perbuatan dari hal-hal yang mengotorinya.
Seperti mengharap pujian dari makhluk atau tujuan-tujuan lain selain dari Allah.
Termasuk juga tidak mengharap amalnya disaksikan oleh selain Allah.
Dengan kata lain ikhlas adalah sikap yang dilakukan seseorang dalam melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan tidak mengharap sesuatu apapun, kecuali ridha Allah SWT.
Jadi, ikhlas merupakan sesuatu hal yang sifatnya batin dan ia merupakan perasaan halus yang tidak dapat diketahui oleh siapapun kecuali pelakunya dan Allah SWT.
Salah satu ayat yang mengajarkan untuk ikhlas adalah Q:S Az-Zumar/39:2.
Artinya: " Sesungghunya Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) alKitab (Alquran) dengan benar, maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan (ibadah) kepadanya."
Menurut Ali Abdul Halim (2010) ikhlas dibagi menjadi tiga tingkatan:
1. Orang awam
Pada tingkatan ini seseorang beribadah kepada Allah SWT, tujuannya mencari dan menghitung keuntungan dunia dan
akhirat.
Contohnya: seseorang melakukan ibadah shalat atau memberi shadaqah kepada anak yatim dengan tujuan ingin agar badannya sehat, hartanya banyak, mendapat bidadari dan nanti di akhirat masuk surga.
2. Orang khawash
Pada tingkatan ini, seseorang beribadah hanya untuk mencari keuntungan akhirat bukan lagi berorientasi pada keuntungan dunia.
Seseorang pada tingkatan ini, beribadah sambil hatinya berharap untuk memperoleh pahala, surga, dan semua yang berorientasi pada akhirat
3. Orang khawashul khawas
Seseorang masuk dalam tingkatan ini, apabila ia beribadah tidak ada otivasi apa pun, kecuali mengharap ridha dari Allah SWT.
Ia beribadah setiap hari bukan sebagai kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan sebagai seorang hamba.
Dengan kata lain, ia beribadah tidak lagi didasari keinginan dunia maupun akhirat, melainkan didasari oleh rasa mahabbah (cinta) dan rindu kepada Allah SWT.
Sehingga orang pada tingkatan ini mencapai kenikmatan dalam setiap ibadah yang dikerjakan.
Ada tiga ciri seseorang ikhlas dalam beramal:
- Tidak lagi mengharapkan atau menghiraukan pujian dan hinaan orang lain
- Tidak lagi melihat kepada manfaat dan bahaya perbuatan, kita lakukan karena perintah Allah
Baca Juga: Meneladani Ulama Islam yang Mendunia, Hamzah Al-Fansuri Buku PAI Kelas XI Kurikulum Merdeka
- Tidak mengingat pahal dari perbuatan yang dilakukan
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR