Nakita.id - Ibu hamil kejang apakah berbahaya? Moms mungkin khawatir apabila mengalami kejang selama kehamilan.
Kejang atau seizure merupakan kondisi yang terjadi akibat lonjakan aktivitas listrik pada otak.
Kondisi ini menimbulkan beberapa gejala berupa perubahan perilaku, gejala tubuh hingga kesadaran seseorang.
Lantas, bagaimana jika kejang terjadi di masa kehamilan?
Kejang pada ibu hamil merupakan kondisi yang cukup langka, tetapi dapat berdampak serius pada kesehatan ibu dan janin.
Kejang dapat terjadi pada berbagai tahap kehamilan, mulai dari trimester pertama hingga trimester ketiga.
Kejang selama kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk tekanan darah tinggi (preeklampsia), epilepsi yang tidak terkontrol, atau kondisi medis lainnya.
Melansir dari laman Medical News Today, berikut ini adalah sejumlah penyebab ibu hamil mengalami kejang.
Yuk simak!
1. Preeklampsia
Preeklampsia adalah kondisi medis yang sering dikaitkan dengan kejang pada ibu hamil.
Baca Juga: 10 Daftar Buah yang Dilarang untuk Ibu Hamil, Cek di Sini Moms!
Ini terjadi biasanya setelah usia kehamilan 20 minggu dan ditandai dengan peningkatan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urine.
Preeklampsia dapat menyebabkan perubahan pada pembuluh darah dan fungsi organ-organ tubuh.
Kejang pada ibu hamil yang disebabkan oleh preeklampsia disebut eklampsia.
Preeklampsia dapat menghambat aliran darah ke plasenta, menyebabkan kurangnya oksigen dan nutrisi yang diterima janin.
Kondisi ini tidak hanya membahayakan kesehatan ibu, tetapi juga dapat berdampak serius pada perkembangan janin, bahkan hingga risiko kelahiran prematur atau kematian janin.
2. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Selain preeklampsia, tekanan darah tinggi atau hipertensi pada umumnya juga dapat meningkatkan risiko kejang pada ibu hamil.
Hipertensi dapat mempengaruhi pembuluh darah dan mengurangi aliran darah ke organ-organ vital, termasuk plasenta.
Kurangnya pasokan darah dan oksigen ke janin dapat menyebabkan kondisi yang disebut hipoksia, yang dapat memicu kejang pada ibu hamil.
Ibu hamil dengan riwayat hipertensi sebelum kehamilan atau yang mengalami peningkatan tekanan darah selama kehamilan harus dipantau dengan ketat oleh tenaga medis. P
engelolaan tekanan darah menjadi kunci untuk mengurangi risiko kejang yang disebabkan oleh hipertensi.
Baca Juga: Dinilai Trendy dan Kekinian, Sebenarnya Bolehkah Ibu Hamil Pakai Celana Jeans?
3. Kelainan Pembuluh Darah dan Penyakit Ginjal
Penyakit-penyakit yang mempengaruhi pembuluh darah dan ginjal juga dapat menjadi penyebab kejang pada ibu hamil.
Gangguan pembuluh darah seperti sindrom antifosfolipid dan penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh, yang pada gilirannya dapat memicu kejang.
Sindrom antifosfolipid, yang merupakan kelainan autoimun, dapat menyebabkan pembekuan darah yang dapat merugikan aliran darah ke plasenta.
Penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan penumpukan racun dalam tubuh, yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin.
Pemantauan yang cermat dan manajemen medis yang tepat diperlukan untuk mengelola kondisi ini selama kehamilan.
4. Epilepsi
Bagi wanita yang telah didiagnosis dengan epilepsi sebelum hamil, manajemen kehamilan bisa menjadi lebih rumit.
Epilepsi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko kejang selama kehamilan.
Pengelolaan epilepsi yang efektif dan aman selama kehamilan memerlukan kerjasama erat antara ibu hamil, dokter kandungan, dan ahli neurologi.
Beberapa obat antiepilepsi mungkin perlu disesuaikan selama kehamilan untuk mengurangi risiko terjadinya kejang.
Baca Juga: Tak Selalu Berbahaya, Ternyata Ini Beberapa Penyebab Perut Ibu Hamil Keras dan Kencang
Meskipun demikian, penghentian obat epilepsi tanpa pengawasan medis dapat berisiko tinggi dan harus dihindari.
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR