Nakita.id - Apakah akhir-akhir ini Si Kecil merasa sangat kesakitan di bagian perut?
Si Kecil dengan perut yang sakit tentu membuat Moms merasa sangat khawatir.
Apalagi, jika Si Kecil masih berusia bayi yang mana terdapat gangguan pencernaan yang umum dialami.
Meski normal, gangguan ini tentu dapat menghambat tumbuh kembangnya.
Masalah ini dikenal dengan sebutan hipersensitif saluran cerna, yang jenisnya meliputi Gastrooesephageal Refluks, Dispepsia, infeksi saluran pencernaan, dan lain-lain.
Bayi dengan kondisi pencernaan yang sensitif ini mungkin mengalami penyerapan nutrisi yang kurang optimal dan berdampak pada tumbuh kembangnya yang optimal.
Pada bayi, Moms wajib tahu beberapa tanda yang umum terjadi ketika mengalami hipersensitif saluran cerna.
Gumoh yang normal terjadi karena kerongkongan bayi yang belum berkembang secara sempurna.
Sehingga, ketika makanan terlalu banyak masuk ke dalam tubuh, makanan tersebut dapat dikeluarkan kembali dengan cara gumoh.
Selain itu, gumoh juga bisa terjadi dikarenakan bayi menelan udara saat menyusu.
Meski tidak mengkhawatiran, Moms perlu mewaspadai tanda satu ini karena sering gumoh bisa berdampak negatif pada kesehatan bayi.
Perut kembung pada bayi biasanya disebabkan oleh saluran pencernaan anak yang belum dapat berfungsi secara sempurna.
Bayi dengan kembung biasanya mengalami perut yang keras, sering bersendawa, rewel, dan sering buang gas.
Tidak hanya itu. Refluks atau aliran balik asam lambung dan intoleransi laktosa juga dapat membuat bayi mengalami perut kembung.
Susah buang air besar atau sembelit kebanyakan disebabkan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), dehidrasi, atau kondisi medis tertentu.
Moms akan dengan mudah mengenali tanda pencernaan bayi yang sensitif satu ini dari bayi yang tidak BAB setidaknya tiga kali dalam seminggu, sulit mengeluarkan kotoran, dan tekstur fesesnya keras.
Selain itu, sembelit membuat perut bayi terasa keras, nafsu makannya menurun, sakit saat mengejan, dan menangis setiap akan buang air besar.
Moms juga harus tahu, bayi yang terlalu sering BAB juga ternyata menandakan bayi mengalami hipersensitif pada saluran cerna.
Selain sering BAB, bayi juga mengalami kram perut, kembung, mual, hingga adanya darah di tinja. Terkadang, demam juga.
Diare sendiri disebabkan oleh adanya infeksi parasit, bakteri atau virus, alergi obat-obatan, atau makanan minuman tertentu.
Tanda yang terakhir adalah kolik, yang dialami oleh 20 persen bayi berusia dua minggu sampai empat bulan.
Saat terjadi kolik, biasanya bayi akan menangis dalam waktu lama dan seringkali tampak kesakitan.
Ada beberapa hal yang masih diduga menyebabkan kolik ini, terutama gangguan pencernaan.
Jika bayi yang memiliki pencernaan sensitif disertai cegukan, Moms perlu menghilangkan cegukannya terlebih dahulu.
Moms bisa membuat bayi bersendawa agar cegukannya bisa hilang.
Cara selanjutnya adalah dengan memberikan ASI sesuai kemauan bayi normal, yang umumnya setiap dua jam.
Termasuk, pemberian ASI eksklusif yang penting di masa awal kehidupan bayi untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Agar ASI tetap berkualitas, Moms perlu menjaga kesehatan dan mengontrol asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.
Jika bayi sudah mulai MPASI, maka Moms juga perlu memperhatikan pemberian MPASI padanya.
Mulai dari tekstur serta kandungan yang ada di dalamnya sesuai usia untuk mengurangi risiko organ pencernaan anak bekerja terlalu keras yang bisa menimbulkan gangguan.
Moms harus ingat, salah memberikan makanan atau minuman dapat berdampak pada gangguan pencernaan pada anak.
Untuk itu, Moms harus menghindarkan beberapa jenis makanan maupun minuman yang mengandung gas seperti kacang, brokoli, kol, kembang kol, jagung, kentang, oatmeal, pir, plum, dan susu sapi yang biasanya mengandung laktosa.
Semoga informasi di atas mengenai tanda-tanda hipersensitif saluran cerna pada bayi dan cara mengatasinya bermanfaat ya.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR