Nakita.id - Berikut ini adalah sejumlah berita terpopuler yang dirangkum oleh Nakita pada hari Selasa (30/1/2024).
1. Penyebab dan Cara Mengatasi Hiperlaktasi, Cobaan atau Anugerah?
Hiperlaktasi adalah kondisi ketika produksi ASI (Air Susu Ibu) berlebihan, yang dapat menyebabkan sejumlah masalah baik bagi ibu maupun bayi.
Meskipun tampaknya seperti masalah yang baik untuk dimiliki, hiperlaktasi dapat menjadi tantangan serius.
Penyebab Hiperlaktasi
1. Stimulasi yang Berlebihan
Peningkatan frekuensi menyusui atau penggunaan pompa ASI yang terlalu sering dapat memberikan sinyal tubuh untuk memproduksi lebih banyak ASI dari yang sebenarnya dibutuhkan bayi.
2. Pemakaian Pompa ASI yang Tidak Tepat
Menggunakan pompa ASI dengan tingkat hisapan yang terlalu tinggi atau penggunaan yang tidak tepat dapat merangsang produksi ASI secara berlebihan.
3. Faktor Genetik
Baca selengkapnya di sini
Baca Juga: BERITA POPULER: Ciri-ciri Haid Menjelang Menopause hingga Bahaya Unggah Foto Anak di Media Sosial
2. Demi Memenuhi Kasih Sayang ke Anak, Begini Cara Membagi Tugas Mengasuh Anak Setelah Bercerai
Bercerai adalah perubahan hidup yang signifikan, terutama ketika anak-anak terlibat. Salah satu aspek yang memerlukan perhatian khusus adalah bagaimana membagi tugas mengasuh anak setelah bercerai.
Meskipun situasinya mungkin sulit, kerjasama dan komunikasi yang baik antara kedua orang tua dapat menciptakan lingkungan stabil dan mendukung untuk anak-anak. Berikut adalah panduan praktis untuk membantu membagi tugas mengasuh anak setelah bercerai.
1. Komunikasi Terbuka dan Jujur
Langkah pertama yang sangat penting adalah komunikasi terbuka dan jujur antara kedua orang tua.
Diskusikan kebutuhan dan keinginan masing-masing secara terbuka, dan buat komitmen untuk tetap fokus pada kepentingan terbaik anak-anak. Pahami bahwa perubahan mungkin terjadi seiring waktu, dan fleksibilitas adalah kunci.
2. Rencana Tugas Mengasuh yang Jelas
Buat rencana tugas mengasuh yang jelas dan terinci. Tentukan jadwal untuk waktu bersama anak-anak, termasuk hari-hari untuk pertemuan keluarga dan kegiatan bersama.
Hal ini membantu anak-anak memiliki rutinitas yang dapat diandalkan dan memberikan kejelasan kepada kedua orang tua.
3. Bagi Waktu Bersama dan Tugas Seimbang
Baca selengkapnya di sini
Baca Juga: BERITA POPULER: Nama Bayi Laki-laki untuk Anak Ketiga hingga Mitos vs Fakta ASI Payudara Bisa Basi
3. Apakah Bopeng Bisa Sembuh 100%? Ahli Sampaikan Hal Ini untuk Penderitanya
Bopeng adalah bekas luka atau depresi pada kulit yang seringkali disebabkan oleh kondisi seperti jerawat, cacar, atau cedera kulit.
Bopeng bisa menjadi masalah yang mengganggu bagi banyak orang karena dapat memengaruhi penampilan dan kepercayaan diri. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah bopeng bisa sembuh 100%?
Sebelum kita membahas apakah bopeng bisa sembuh sepenuhnya, penting untuk memahami penyebab bopeng. Beberapa kondisi utama yang dapat menyebabkan bopeng antara lain:
1. Jerawat
Jerawat adalah salah satu penyebab utama bopeng. Jerawat meradang dapat merusak jaringan kulit dan menyebabkan bekas luka permanen jika tidak diobati dengan benar.
2. Cacar
Cacar atau chickenpox dapat meninggalkan bekas luka seperti bopeng jika cacar dijepit atau digaruk. Bekas luka dari cacar dapat cukup dalam dan berbentuk depresi pada kulit.
3. Trauma Kulit
Cedera atau trauma kulit seperti luka bakar atau luka potong juga dapat meninggalkan bekas luka berbentuk bopeng jika luka sembuh tanpa perawatan yang tepat.
Baca selengkapnya di sini
Baca Juga: BERITA POPULER: Cara Benar Mengatasi Bayi Kolik hingga 12 Nama Bayi Perempuan Awalan Huruf B
4. Umur Berapakah Anak Harus Tidur Sendiri? Hal Ini yang Harus Diperhatikan Orangtua
Tidur merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Orang tua sering kali dihadapkan pada pertanyaan kapan sebaiknya anak mulai tidur sendiri.
Meskipun tidak ada aturan baku yang dapat diterapkan pada setiap anak, ada beberapa pedoman umum yang dapat membantu menentukan waktu yang tepat.
1. Pertimbangkan Usia Anak
Satu dari faktor utama yang perlu dipertimbangkan adalah usia anak. Bayi dan balita biasanya membutuhkan perhatian dan kenyamanan ekstra, dan tidur bersama orang tua dapat memberikan rasa keamanan yang diperlukan.
Seiring dengan pertambahan usia, anak-anak akan mengembangkan kemandirian dan mungkin merasa lebih nyaman tidur sendiri.
Umumnya, anak-anak usia toddler (1-3 tahun) hingga prasekolah (3-5 tahun) dapat mulai diajak untuk tidur di tempat tidur mereka sendiri.
2. Perhatikan Kebutuhan Emosional
Setiap anak memiliki kebutuhan emosional yang berbeda-beda. Beberapa anak mungkin merasa nyaman tidur sendiri lebih awal, sementara yang lain mungkin membutuhkan dukungan orang tua lebih lama.
Penting untuk mendengarkan dan memahami sinyal emosional anak.
Baca selengkapnya di sini
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR