Nakita.id - Perayaan Galungan dan Kuningan adalah dua perayaan agama Hindu yang sangat penting di Bali, Indonesia.
Kedua perayaan ini memiliki makna mendalam dalam kehidupan masyarakat Bali dan dianggap sebagai momen spiritual yang sakral.
Meskipun keduanya terkait dengan perayaan agama Hindu, Galungan dan Kuningan memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam hal makna, ritual, dan suasana perayaan.
Inilah penjelasan perbedaan antara hari raya Galungan dan Kuningan di Bali.
Galungan adalah perayaan yang dirayakan untuk menghormati keberadaan Tuhan sebagai Sang Pencipta dan juga leluhur yang sudah meninggal.
Perayaan Galungan berlangsung selama 10 hari dan dimulai pada hari Rabu Kliwon Dungulan, yang jatuh setiap 210 hari.
Berikut adalah beberapa ciri khas perayaan Galungan di Bali.
Salah satu ciri khas Galungan adalah penjor, yaitu tiang bambu yang dihiasi dengan berbagai macam hiasan seperti janur (daun kelapa), buah-buahan, dan bunga.
Penjor ini dipasang di depan rumah-rumah sebagai simbol kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan).
Selama perayaan Galungan, umat Hindu di Bali juga melakukan ziarah ke pura (kuil) untuk bersembahyang dan memohon berkat.
Pura dihias dengan ornamen khusus dan dihiasi dengan dupa dan bunga-bunga sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
Baca Juga: Rangkaian Upacara Hari Raya Galungan dan Kuningan, Salah Satunya Ada Tradisi Tolak Bala
Salah satu makanan khas yang disajikan selama Galungan adalah lawar, sebuah hidangan daging cincang yang dicampur dengan rempah-rempah dan kelapa parut.
Selain itu, juga disajikan berbagai jenis jajan pasar dan kue tradisional Bali lainnya.
Galungan juga menjadi waktu yang penting untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat.
Selama perayaan ini, banyak orang Bali yang melakukan kunjungan ke rumah kerabat untuk bertemu, berbicara, dan berbagi kebahagiaan bersama.
Kuningan adalah hari raya yang dirayakan sepuluh hari setelah Galungan.
Ini merupakan hari terakhir dari siklus perayaan Galungan dan dianggap sebagai waktu untuk menghormati leluhur yang sudah meninggal.
Berikut adalah beberapa ciri khas perayaan Kuningan di Bali.
Pada hari Kuningan, umat Hindu di Bali pergi ke pura (kuil) untuk bersembahyang dan memberikan persembahan kepada leluhur.
Mereka membawa banten (persembahan) berupa makanan dan bunga yang diletakkan di tempat ibadah.
Selama perayaan Kuningan, pura dan altar leluhur dibersihkan dan dihias dengan hiasan-hiasan khusus.
Ini dilakukan sebagai tanda penghormatan dan kesiapan untuk menerima kedatangan roh leluhur yang akan turun ke bumi.
Pada hari Kuningan, umat Hindu juga memberikan persembahan kepada roh leluhur seperti makanan, bunga, dan dupa.
Mereka juga melakukan sembahyang khusus dan memohon berkat dari leluhur untuk kehidupan yang lebih baik.
Makanan khas yang disajikan selama perayaan Kuningan adalah nasi kuning, sebuah hidangan nasi kuning yang diwarnai dengan kunyit dan disajikan dengan berbagai macam lauk pauk seperti ayam, telur, dan sayuran.
Galungan adalah perayaan untuk menghormati Tuhan dan kemenangan dharma atas adharma. Sementara, Hari Raya Kuningan adalah waktu untuk menghormati leluhur yang sudah meninggal dan memohon berkat dari mereka.
Galungan berlangsung selama 10 hari, sedangkan Kuningan hanya berlangsung satu hari.
Ritual yang dilakukan selama Galungan lebih berfokus pada penyelenggaraan penjor, kunjungan ke pura, dan makanan khas. Sementara, ritual Kuningan lebih berfokus pada pemujaan leluhur, pembersihan tempat ibadah, dan persembahan.
Suasana selama Galungan lebih ceria dan penuh dengan kegembiraan karena merupakan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
Sedangkan suasana Kuningan lebih khusyuk dan sakral karena merupakan waktu untuk menghormati leluhur yang sudah meninggal.
Dengan demikian, meskipun Galungan dan Kuningan adalah dua perayaan yang berbeda, keduanya memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan spiritual masyarakat Bali.
Galungan adalah waktu untuk merayakan kemenangan dharma atas adharma dan berkumpul bersama keluarga, sedangkan Kuningan adalah waktu untuk menghormati leluhur yang sudah meninggal dan memohon berkat dari mereka.
Dalam kedua perayaan ini, masyarakat Bali menunjukkan rasa syukur dan penghargaan mereka kepada Tuhan dan leluhur serta menjaga tradisi-tradisi keagamaan mereka dengan penuh kesetiaan dan dedikasi.
Baca Juga: Andrew White Foto Gunakan Baju Sembahyang Bali, Sosok Putrinya Curi Perhatian
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR