Pada hari Kuningan, umat Hindu juga memberikan persembahan kepada roh leluhur seperti makanan, bunga, dan dupa.
Mereka juga melakukan sembahyang khusus dan memohon berkat dari leluhur untuk kehidupan yang lebih baik.
Makanan khas yang disajikan selama perayaan Kuningan adalah nasi kuning, sebuah hidangan nasi kuning yang diwarnai dengan kunyit dan disajikan dengan berbagai macam lauk pauk seperti ayam, telur, dan sayuran.
Galungan adalah perayaan untuk menghormati Tuhan dan kemenangan dharma atas adharma. Sementara, Hari Raya Kuningan adalah waktu untuk menghormati leluhur yang sudah meninggal dan memohon berkat dari mereka.
Galungan berlangsung selama 10 hari, sedangkan Kuningan hanya berlangsung satu hari.
Ritual yang dilakukan selama Galungan lebih berfokus pada penyelenggaraan penjor, kunjungan ke pura, dan makanan khas. Sementara, ritual Kuningan lebih berfokus pada pemujaan leluhur, pembersihan tempat ibadah, dan persembahan.
Suasana selama Galungan lebih ceria dan penuh dengan kegembiraan karena merupakan waktu untuk berkumpul bersama keluarga.
Sedangkan suasana Kuningan lebih khusyuk dan sakral karena merupakan waktu untuk menghormati leluhur yang sudah meninggal.
Dengan demikian, meskipun Galungan dan Kuningan adalah dua perayaan yang berbeda, keduanya memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan spiritual masyarakat Bali.
Galungan adalah waktu untuk merayakan kemenangan dharma atas adharma dan berkumpul bersama keluarga, sedangkan Kuningan adalah waktu untuk menghormati leluhur yang sudah meninggal dan memohon berkat dari mereka.
Dalam kedua perayaan ini, masyarakat Bali menunjukkan rasa syukur dan penghargaan mereka kepada Tuhan dan leluhur serta menjaga tradisi-tradisi keagamaan mereka dengan penuh kesetiaan dan dedikasi.
Baca Juga: Andrew White Foto Gunakan Baju Sembahyang Bali, Sosok Putrinya Curi Perhatian
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR