3. Biaya dan Akses
Sterilisasi mungkin mahal dan tidak tersedia secara luas, terutama di daerah yang kurang berkembang atau bagi mereka yang tidak memiliki asuransi kesehatan yang mencakup prosedur ini.
4. Waktu Pemulihan
Setelah sterilisasi dilakukan, mungkin diperlukan waktu pemulihan sebelum seseorang dapat kembali beraktivitas normal. Ini dapat memengaruhi pekerjaan atau kewajiban sehari-hari.
5. Risiko Pilihan Hidup Berubah
Keputusan untuk melakukan sterilisasi adalah keputusan yang permanen, yang berarti bahwa pilihan hidup seseorang dapat berubah di masa depan.
Ini termasuk situasi pernikahan atau hubungan yang berubah, keinginan untuk memiliki anak lagi, atau kondisi kesehatan yang berkembang.
Sterilisasi dapat dilakukan pada pria atau wanita yang telah mencapai kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk prosedur permanen.
Namun, pada umumnya, sterilisasi disarankan bagi pasangan yang telah memutuskan bahwa mereka telah selesai memiliki anak atau tidak ingin memiliki anak lagi di masa depan.
Idealnya, pasangan tersebut harus memiliki pemahaman yang baik tentang konsekuensi permanen dari sterilisasi dan memiliki diskusi yang mendalam tentang pilihan KB bersama dengan penyedia layanan kesehatan mereka.
Pada wanita, sterilisasi biasanya dilakukan melalui tubektomi, di mana saluran tuba (tempat pembuahan terjadi) diikat, dipotong, atau dijahit.
Baca Juga: Apa Saja Layanan Konseling di Posyandu? Moms Bisa Konsultasi Balita hingga KB
Prosedur ini biasanya dilakukan melalui bedah laparoskopi atau dengan prosedur bedah terbuka.
Pada pria, sterilisasi biasanya dilakukan melalui vasektomi, di mana saluran sperma (vas deferens) dipotong atau diikat.
Prosedur ini biasanya dapat dilakukan dalam waktu singkat dengan sedikit risiko dan pemulihan yang cepat.
Kulkas Side by Side New Belleza 4 Pintu dari Polytron, Dirancang Khusus untuk Dukung Tren Gaya Hidup Modern
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR