Nakita.id - Ketahui dulu keuntungan dan kerugian KB steril jika Moms memutuskan untuk melakukan langkah besar ini.
Keluarga berencana (KB) adalah aspek penting dalam menjaga kesejahteraan keluarga dan mengendalikan jumlah anak yang diinginkan.
Salah satu metode KB yang bisa dilakukan adalah sterilisasi.
Sterilisasi adalah prosedur permanen untuk mencegah kehamilan dengan menghentikan kemampuan reproduksi pada pria atau wanita.
Melansir dari berbagai sumber, berikut ini adalah penjelasan mengenai keuntungan dan kerugian KB steril.
Yuk simak!
1. Efektivitas Tinggi
Sterilisasi memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dalam mencegah kehamilan.
Setelah dilakukan dengan benar, prosedur ini memberikan perlindungan permanen terhadap kehamilan yang tidak diinginkan.
2. Tidak Memerlukan Perhatian Rutin
Setelah sterilisasi dilakukan, tidak ada kebutuhan untuk menggunakan kontrasepsi tambahan atau mengikuti jadwal penggunaan yang ketat, seperti halnya dengan pil KB atau kondom.
Baca Juga: Takut KB karena Bikin Timbangan Naik ke Kanan? Ini KB yang Tidak Bikin Gemuk
3. Tidak Mempengaruhi Hormon
Sterilisasi tidak mempengaruhi produksi hormon tubuh, sehingga tidak memengaruhi siklus menstruasi atau keseimbangan hormon alami.
4. Mengurangi Risiko Masalah Kesehatan
Sterilisasi pada wanita dapat mengurangi risiko terjadinya kanker ovarium, sementara pada pria, dapat mengurangi risiko kanker prostat.
5. Mengatasi Kehamilan Risiko Tinggi
Bagi pasangan yang memiliki risiko tinggi terhadap kehamilan yang berbahaya, seperti wanita dengan kondisi kesehatan tertentu, sterilisasi dapat menjadi solusi permanen untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
1. Sifatnya Permanen
Sterilisasi adalah prosedur permanen dan tidak dapat dibalikkan.
Ini berarti bahwa jika seseorang berubah pikiran dan ingin memiliki anak di masa depan, prosedur ini tidak akan memungkinkan untuk memulihkan kemampuan reproduksi.
2. Risiko Prosedur Bedah
Sterilisasi melibatkan prosedur bedah, yang selalu memiliki risiko, meskipun kecil, seperti infeksi, perdarahan, atau reaksi terhadap anestesi.
Baca Juga: Rekomendasi Pil KB yang Aman untuk Ibu Menyusui dan Tidak Membuat Gemuk
3. Biaya dan Akses
Sterilisasi mungkin mahal dan tidak tersedia secara luas, terutama di daerah yang kurang berkembang atau bagi mereka yang tidak memiliki asuransi kesehatan yang mencakup prosedur ini.
4. Waktu Pemulihan
Setelah sterilisasi dilakukan, mungkin diperlukan waktu pemulihan sebelum seseorang dapat kembali beraktivitas normal. Ini dapat memengaruhi pekerjaan atau kewajiban sehari-hari.
5. Risiko Pilihan Hidup Berubah
Keputusan untuk melakukan sterilisasi adalah keputusan yang permanen, yang berarti bahwa pilihan hidup seseorang dapat berubah di masa depan.
Ini termasuk situasi pernikahan atau hubungan yang berubah, keinginan untuk memiliki anak lagi, atau kondisi kesehatan yang berkembang.
Sterilisasi dapat dilakukan pada pria atau wanita yang telah mencapai kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk prosedur permanen.
Namun, pada umumnya, sterilisasi disarankan bagi pasangan yang telah memutuskan bahwa mereka telah selesai memiliki anak atau tidak ingin memiliki anak lagi di masa depan.
Idealnya, pasangan tersebut harus memiliki pemahaman yang baik tentang konsekuensi permanen dari sterilisasi dan memiliki diskusi yang mendalam tentang pilihan KB bersama dengan penyedia layanan kesehatan mereka.
Pada wanita, sterilisasi biasanya dilakukan melalui tubektomi, di mana saluran tuba (tempat pembuahan terjadi) diikat, dipotong, atau dijahit.
Baca Juga: Apa Saja Layanan Konseling di Posyandu? Moms Bisa Konsultasi Balita hingga KB
Prosedur ini biasanya dilakukan melalui bedah laparoskopi atau dengan prosedur bedah terbuka.
Pada pria, sterilisasi biasanya dilakukan melalui vasektomi, di mana saluran sperma (vas deferens) dipotong atau diikat.
Prosedur ini biasanya dapat dilakukan dalam waktu singkat dengan sedikit risiko dan pemulihan yang cepat.
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR