Nakita.id - Proses adopsi anak adalah proses yang menguras tenaga, baik fisik maupun emosional.
Oleh karenanya, sebagai calon orangtua adopsi, Moms dan Dads diharuskan memperkaya diri dengan pengetahuan mengenai adopsi anak itu sendiri.
Mulai dari pengertian, proses hukumnya, hingga tantangan-tantangan yang mungkin akan dihadapi sebelum dan setelah mengadopsi anak.
Melansir Child Welfare Information Gateway via Nakita, adopsi anak adalah proses hukum yang memberi kesempatan kepada anak untuk tinggal dan hidup bersama dengan orangtua adopsinya hingga beranjak dewasa.
Sebagai informasi, adopsi anak bisa dilakukan secara domestik maupun internasional (inter-country), tergantung masing-masing preferensi.
Setelah perizinan mengadopsi anak disetujui, Moms dan Dads sebagai orangtua adopsi diwajibkan untuk memberitahu asal usulnya sejak dini.
Bahkan, wajib menanamkan hal-hal positif terkait adopsi itu sendiri sedini mungkin.
Apalagi, seperti yang mungkin Moms dan Dads ketahui, stigma mengenai adopsi anak masih terkesan negatif.
Belum lagi anak kemungkinan besar akan menghadapi banyak pertanyaan atau komentar sensitif, baik dari keluarga besar, teman sebayanya, dan orang-orang di sekitarnya.
Sehingga, anak perlu dipersiapkan sedari usia dini agar tidak terkejut dan tidak emosional dengan status yang disandangnya.
Tanpa berlama-lama, berikut cara yang bisa Moms dan Dads lakukan menurut psikolog.
Baca Juga: Persyaratan dan Prosedur Mengadopsi Anak Melalui Yayasan Sayap Ibu
Menurut psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo, M.Psi, untuk mempersiapkan anak adopsi dalam menghadapi banyak pertanyaan ataupun komentar sensitif dari orang-orang sekitar, tentunya sudah harus dimulai dari bagaimana conditioning yang diajarkan orangtua adopsinya sejak dini.
"Nantinya, anak akan menjadi terbiasa dengan pertanyaan maupun komentar yang diterimanya.
Bahkan, dengan santai menerima status adopsi yang disandangnya, " ujar Vera dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, (13/3/2024).
Meski merupakan anak adopsi, anak tersebut masih mencintai orangtua yang mengadopsinya dan masih bisa hidup bahagia, termasuk di sekolahnya.
Psikolog yang berpraktik di Klinik Terapi Anak Mandiri, Depok ini menjelaskan bahwa conditioning sudah bisa dilakukan dari sejak anak datang ke rumah dan hadir dalam keluarga.
"Anak harus mulai dibiasakan dengan istilah adopsi itu sendiri dan bercerita tentang asal usulnya," sebutnya.
Untuk waktu yang tepat sebenarnya tidak ada waktu khusus.
Asal, Moms dan Dads menyadari penuh akan kewajiban tersebut, sehingga segera memberitahunya kepada anak secara terus menerus dan sedari dini.
Agar conditioning menjadi lebih menyenangkan bagi anak adopsi, Moms dan Dads bisa coba lakukan dokumentasi proses adopsi itu sendiri ke dalam sebuah album, yang dilakukan oleh salah satu klien Vera yang adalah orangtua adopsi.
Mulai dari awal perkenalan di panti hingga beradaptasi dengan menginap di rumah orangtua adopsinya, termasuk dikenalkan juga pengasuh-pengasuhnya.
Baca Juga: Mengenal Proses Adopsi Anak: Pengertian, Prinsip, Dasar Hukum dan Persyaratan yang Wajib Disiapkan
"Jadi, ketika anak masih berusia 1-2 tahun, sudah ada ritual sebelum tidur untuk memperlihatkan kembali foto-foto di album tersebut.
"Sehingga, anak terbiasa mendengar istilah adopsi secara positif dan tanpa dtutup-tutupi," kata Vera menyarankan.
Selain itu, Vera menambahkan agar orangtua adopsi mengajak anak adopsi tersebut untuk mendoakan orangtua kandungnya walau tidak tahu siapa dan lahir di mana.
"Jadi, anak bisa tumbuh besar dengan perasaan yang positif terhadap status adopsinya," ujar Vera.
Terakhir, Vera mengingatkan kembali bahwa adopsi bukanlah sesuatu yang harus ditutup-tutupi.
"Ditutupi-tutupi itu kan berarti sesuatu yang memalukan, dan kita tidak mau itu terpatri di anak-anak adopsi," katanya.
"Mama papa harus membangun konsep dimana adopsi merupakan suatu yang indah.
Meski bukan terlahir dari rahim, anak adopsi itu terlahir dari hati," katanya menegaskan.
Menurut Vera, itulah hal yang harus dicamkan ke anak adopsi sejak dini.
Supaya, anak tidak memiliki masalah mengenai identitas dan asal usulnya dengan sering melontarkan pertanyaan kepada orangtua adopsinya.
Jika masih memiliki masalah selama mengasuh anak adopsi, jangan sungkan untuk berkonsultasi dengan psikolog terpercaya. Semoga bermanfaat!
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR