Perubahan hormon dalam tubuh juga dapat memainkan peran dalam perkembangan penyakit autoimun.
Misalnya, wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit autoimun daripada pria.
Biasanya ini terkait dengan perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan, menstruasi, dan menopause.
Sistem kekebalan tubuh sangat dipengaruhi oleh kesehatan usus dan komposisi mikroba dalam saluran pencernaan.
Ketidakseimbangan bakteri baik dan buruk dalam usus, yang dikenal sebagai disbiosis, dapat memicu reaksi autoimun.
Penelitian juga menunjukkan hubungan antara gangguan usus seperti sindrom usus bocor dan perkembangan penyakit autoimun.
Trauma fisik atau emosional dapat memicu respon autoimun dalam beberapa kasus.
Stress kronis dapat mengganggu keseimbangan sistem kekebalan tubuh dan memicu peradangan.
Kemudian pada gilirannya dapat memperburuk kondisi autoimun.
Beberapa kondisi autoimun dapat berkembang sebagai hasil dari reaksi hipersensitivitas tubuh terhadap antigen tertentu.
Sistem kekebalan tubuh melepaskan antibodi yang menyerang jaringan sehat dalam tubuh.
Hal ini dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan.
Dengan berbagai kemungkinan penyebab tersebut, diharapkan kita dapat lebih mawas diri dan memiliki gaya hidup sehat untuk mencegah terjadinya autoimun.
Baca Juga: Kenali Gejala Penyakit Autoimun Kulit, Penyebab dan Cara Mengobatinya
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR