Nakita.id - ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan autisme adalah dua kondisi perkembangan yang sering dijumpai pada anak-anak.
Meskipun keduanya dapat mempengaruhi kemampuan belajar dan interaksi sosial, ADHD dan autisme memiliki karakteristik dan kebutuhan penanganan yang berbeda.
Memahami perbedaan ini sangat penting bagi orang tua, pendidik, dan profesional kesehatan untuk memberikan dukungan yang tepat bagi anak-anak yang memerlukan bantuan.
ADHD adalah gangguan perkembangan yang ditandai oleh tiga gejala utama: inatensi (kesulitan memusatkan perhatian), hiperaktivitas, dan impulsivitas.
Anak-anak dengan ADHD seringkali sulit untuk duduk diam, mudah teralihkan perhatiannya, dan sering bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya.
Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan yang mempengaruhi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.
Anak-anak dengan autisme mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal dan nonverbal, memiliki minat terbatas atau obsesif, serta menunjukkan perilaku repetitif.
Penyebab ADHD belum sepenuhnya dipahami, tetapi faktor genetik memainkan peran penting.
Penelitian menunjukkan bahwa ADHD sering terjadi dalam keluarga.
Faktor lingkungan, seperti paparan nikotin atau alkohol selama kehamilan, dan kondisi medis tertentu juga dapat meningkatkan risiko ADHD.
Autisme memiliki dasar genetik yang kuat, meskipun faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perkembangan gangguan ini.
Baca Juga: Autis Tak Terdeteksi Sejak Dini, Perhatikan Gejala Autis Pada Anak Usia 3 Tahun!
Studi menunjukkan bahwa kombinasi faktor genetik dan lingkungan, seperti komplikasi selama kehamilan dan paparan zat berbahaya, dapat berkontribusi pada risiko autisme.
Diagnosis ADHD biasanya dilakukan oleh psikolog atau psikiater anak melalui observasi perilaku dan penilaian berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders).
Tes psikologis dan laporan dari orang tua serta guru juga dapat digunakan.
Diagnosis autisme melibatkan penilaian yang lebih komprehensif, termasuk observasi langsung, wawancara dengan orang tua, dan penggunaan alat penilaian standar seperti ADOS (Autism Diagnostic Observation Schedule) dan ADI-R (Autism Diagnostic Interview-Revised).
- ADHD: Anak-anak dengan ADHD kesulitan memusatkan perhatian pada tugas-tugas yang membosankan atau membutuhkan usaha berkelanjutan. Mereka mudah teralihkan dan sering kali tidak menyelesaikan tugas.
- Autisme: Anak-anak dengan autisme mungkin dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang sangat mereka minati, tetapi kesulitan beralih perhatian atau mengarahkan perhatian pada hal-hal yang tidak menarik bagi mereka.
- ADHD: Hiperaktivitas dan impulsivitas adalah ciri khas ADHD. Anak-anak mungkin terlihat gelisah, sering bergerak, dan sulit untuk tetap diam atau tenang.
- Autisme: Anak-anak dengan autisme mungkin menunjukkan perilaku repetitif atau gerakan tubuh tertentu, tetapi tidak selalu hiperaktif. Mereka mungkin memiliki rutinitas yang kaku dan kesulitan dengan perubahan.
- ADHD: Anak-anak dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan dalam interaksi sosial karena impulsivitas dan kesulitan memusatkan perhatian. Mereka mungkin tampak ceroboh atau tidak peka terhadap isyarat sosial.
- Autisme: Anak-anak dengan autisme seringkali kesulitan memahami dan merespons isyarat sosial. Mereka mungkin tampak tidak tertarik pada interaksi sosial atau mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
- ADHD: Anak-anak dengan ADHD mungkin berbicara terus-menerus dan sulit mendengarkan orang lain. Mereka mungkin menyela pembicaraan atau tidak sabar menunggu giliran.
Baca Juga: Studi Tunjukkan Pasien Autis Dapat Tunjukkan Empati pada Orang Lain
- Autisme: Anak-anak dengan autisme mungkin memiliki keterlambatan dalam perkembangan bahasa, menggunakan bahasa dengan cara yang tidak biasa, atau menunjukkan minat terbatas pada komunikasi verbal.
Penanganan ADHD sering kali melibatkan kombinasi terapi perilaku, pendidikan khusus, dan obat-obatan.
Terapi perilaku dapat membantu anak belajar keterampilan mengatur diri dan mengembangkan strategi untuk mengelola gejala.
Obat-obatan seperti stimulan juga dapat membantu meningkatkan fokus dan mengurangi hiperaktivitas dan impulsivitas.
Penanganan autisme memerlukan pendekatan yang lebih beragam dan terindividualisasi.
Intervensi dini sangat penting dan dapat melibatkan terapi perilaku (seperti ABA - Applied Behavior Analysis), terapi wicara, dan terapi okupasi.
Program pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak juga sangat penting untuk mendukung perkembangan akademis dan sosial.
Meskipun ADHD dan autisme memiliki beberapa kesamaan dalam mempengaruhi perkembangan anak, keduanya adalah kondisi yang berbeda dengan gejala, penyebab, dan kebutuhan penanganan yang unik.
Memahami perbedaan ini sangat penting untuk memastikan anak-anak mendapatkan diagnosis yang akurat dan dukungan yang tepat.
Orang tua dan pendidik harus bekerja sama dengan profesional kesehatan untuk mengembangkan rencana intervensi yang efektif, membantu anak-anak mencapai potensi penuh mereka dalam lingkungan yang mendukung dan inklusif.
Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan.
Baca Juga: Jangan Ragu Ajak Anak Autis Olahraga, Manfaatnya Luar Biasa!
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Kirana Riyantika |
KOMENTAR