Anak yang susah makan cenderung mengalami kekurangan gizi mikro, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan.
Kekurangan nutrisi yang berkelanjutan dapat memengaruhi hormon pertumbuhan.
Anak-anak yang tidak mendapatkan asupan nutrisi yang memadai berisiko mengalami pertumbuhan yang terhambat, yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada stunting.
Anak susah makan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
Faktor Psikologis: Stres, trauma, atau ketidaknyamanan saat makan dapat membuat anak menolak makanan.
Masalah Kesehatan: Anak yang mengalami masalah pencernaan, seperti alergi makanan atau intoleransi laktosa, mungkin menolak makanan karena rasa sakit atau ketidaknyamanan setelah makan.
Kebiasaan Makan yang Tidak Teratur: Pola makan yang tidak teratur atau kebiasaan ngemil terlalu banyak bisa menyebabkan anak kehilangan nafsu makan saat waktu makan utama tiba.
Anak yang mengalami kesulitan makan dalam jangka panjang berisiko tinggi mengalami kekurangan gizi.
Jika hal ini berlangsung pada masa-masa kritis perkembangan (seperti usia balita), anak dapat mengalami penurunan berat badan, gagal tumbuh, dan dalam kasus yang parah, stunting.
Stunting disebabkan oleh malnutrisi kronis, di mana tubuh anak tidak mendapatkan cukup nutrisi untuk berkembang secara optimal.
Meski stunting sering kali dikaitkan dengan kemiskinan dan kurangnya akses terhadap makanan bergizi, pola makan yang buruk, termasuk anak yang susah makan, juga menjadi faktor yang berkontribusi.
Baca Juga: Mengapa Stunting Harus Segera Ditangani dengan Cepat dan Bagaimana Caranya?
Berikan Pengetahuan Mengenai Produksi Pakaian Dalam dengan Cara Edukatif, Rider Resmikan Establishment Underwear Factory di KidZania Jakarta
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR