Nakita.id - Kenali apa penyebab autoimun pada anak serta gejalanya yang bisa berwujud demam tinggi tanpa alasan yang jelas.
Penyakit autoimun adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit justru menyerang sel-sel sehat.
Meskipun penyakit autoimun lebih sering terjadi pada orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalaminya.
Kondisi ini dapat mempengaruhi berbagai organ tubuh dan menyebabkan berbagai gejala yang bervariasi tergantung jenis penyakit autoimun yang dialami.
Memahami gejala dan penyebab penyakit autoimun pada anak sangat penting agar dapat mendeteksi dan menangani kondisi ini lebih dini.
Melansir dari berbagai sumber, berikut ini adalah penjelasan mengenai gejala serta penyebab autoimun pada anak yang dapat membantu orang tua dalam mengenali penyakit ini lebih cepat.
Gejala penyakit autoimun pada anak bisa sangat beragam, tergantung pada bagian tubuh yang terpengaruh. Beberapa gejala umum yang perlu diperhatikan orang tua meliputi:
1. Kelelahan Berlebihan
Anak yang terkena penyakit autoimun seringkali merasa sangat lelah meskipun tidak melakukan aktivitas fisik yang berat.
Kelelahan ini berbeda dari kelelahan biasa karena tidak kunjung hilang meski anak sudah beristirahat.
Kelelahan yang berlangsung lama bisa menjadi salah satu gejala awal dari penyakit autoimun seperti lupus atau diabetes tipe 1.
Baca Juga: Penyebab Anak Badan Panas dan Kaki Dingin, Perhatikan Darah Si Kecil
2. Demam yang Tidak Jelas Penyebabnya
Demam yang muncul tanpa penyebab yang jelas dan berlangsung dalam waktu lama bisa menjadi tanda adanya peradangan akibat penyakit autoimun.
Pada beberapa kasus, demam bisa naik turun dalam periode tertentu, membuatnya terlihat seperti demam biasa.
Namun, jika demam tidak disertai infeksi atau penyebab lain yang jelas, sebaiknya segera periksakan anak ke dokter.
3. Ruam Kulit
Beberapa penyakit autoimun, seperti lupus, menyebabkan ruam khas pada kulit. Misalnya, pada lupus, ruam berbentuk kupu-kupu biasanya muncul di pipi dan hidung.
Selain lupus, penyakit autoimun lain seperti dermatomiositis juvenil juga dapat menyebabkan perubahan warna dan tekstur kulit.
4. Nyeri dan Bengkak pada Sendi
Anak yang mengalami rheumatoid arthritis juvenil seringkali mengalami nyeri pada sendi yang disertai dengan pembengkakan.
Gejala ini biasanya muncul di pagi hari atau setelah anak duduk dalam waktu lama. Sendi yang terkena juga bisa terasa kaku dan sulit digerakkan.
5. Gangguan Pencernaan
Baca Juga: Babe Cabita Idap Penyakit Langka Anemia Aplastik Sebelum Meninggal Dunia
Anak-anak dengan penyakit autoimun seperti penyakit celiac mungkin mengalami masalah pencernaan, seperti diare, sakit perut, kembung, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Penyakit celiac menyebabkan tubuh bereaksi terhadap gluten, protein yang terdapat pada gandum, sehingga menyebabkan kerusakan pada usus kecil.
6. Penurunan Berat Badan Tanpa Sebab
Anak yang mengalami autoimun dapat mengalami penurunan berat badan yang signifikan tanpa perubahan pola makan atau aktivitas fisik.
Hal ini sering kali terjadi pada anak dengan diabetes tipe 1, di mana tubuh tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk mengatur kadar gula darah.
7. Mudah Memar atau Berdarah
Pada beberapa kondisi autoimun, seperti idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), sistem kekebalan menyerang trombosit yang penting dalam proses pembekuan darah.
Anak-anak yang mengalami ini akan mudah memar atau berdarah tanpa alasan yang jelas, bahkan setelah luka ringan.
Hingga saat ini, penyebab pasti dari penyakit autoimun belum sepenuhnya dipahami.
Namun, ada beberapa faktor yang diyakini dapat meningkatkan risiko anak mengalami penyakit autoimun. Beberapa di antaranya adalah:
1. Genetika
Baca Juga: Kenali Gejala Penyakit Autoimun Kulit, Penyebab dan Cara Mengobatinya
Faktor genetik atau keturunan memainkan peran penting dalam perkembangan penyakit autoimun.
Jika salah satu orang tua atau anggota keluarga lain memiliki riwayat penyakit autoimun, risiko anak untuk mengalaminya juga meningkat.
Namun, memiliki gen tertentu tidak selalu berarti bahwa anak pasti akan mengembangkan penyakit autoimun.
2. Lingkungan
Faktor lingkungan, seperti paparan terhadap virus atau bahan kimia tertentu, bisa memicu perkembangan penyakit autoimun.
Beberapa infeksi virus atau bakteri dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan dan mulai menyerang jaringan tubuh yang sehat.
3. Perubahan Hormon
Perubahan hormon selama masa pertumbuhan anak, terutama selama masa pubertas, bisa menjadi salah satu pemicu penyakit autoimun.
Beberapa penyakit autoimun lebih sering terjadi pada perempuan, yang diduga terkait dengan fluktuasi hormon estrogen.
4. Paparan Toksin atau Polusi
Paparan zat berbahaya seperti asap rokok, polusi udara, atau bahan kimia tertentu juga dapat meningkatkan risiko penyakit autoimun pada anak-anak.
Zat-zat ini dapat memengaruhi fungsi normal sistem kekebalan tubuh dan memicu peradangan.
5. Stres
Stres emosional atau fisik juga dapat berperan dalam memicu timbulnya gejala autoimun.
Pada anak-anak, tekanan dari lingkungan sekitar, seperti stres sekolah atau masalah keluarga, dapat mempengaruhi keseimbangan sistem kekebalan mereka.
Penyakit autoimun pada anak memerlukan perhatian dan perawatan khusus agar gejala-gejalanya dapat dikelola dengan baik.
Mengenali gejala seperti kelelahan, demam berkepanjangan, ruam kulit, atau gangguan pencernaan bisa menjadi langkah awal untuk mendapatkan diagnosis dini.
Dengan dukungan medis yang tepat serta perawatan yang komprehensif, anak dengan autoimun dapat menjalani kehidupan yang sehat dan produktif.
GIV Gelar Kompetisi 'The Beauty of GIVing' Guna Dukung Perjalanan Inspiratif Womenpreneur Indonesia
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR