Anak-anak sering merasa bahwa mereka harus menjadi pendukung emosional, yang pada akhirnya bisa menambah tekanan psikologis mereka.
Ketika anak-anak menyaksikan perselingkuhan orang tua, mereka dapat merasa bingung tentang nilai-nilai yang dianut keluarga mereka.
Pada usia yang rentan, anak-anak mencari panutan dan nilai-nilai moral dari lingkungan terdekat, terutama dari keluarga inti.
Menyaksikan salah satu orang tua melanggar komitmen pernikahan dapat menciptakan konflik dalam diri anak tentang apa yang benar dan salah dalam hubungan.
Dalam jangka panjang, anak-anak yang mengalami hal ini mungkin merasa bingung tentang komitmen atau loyalitas dalam hubungan mereka sendiri.
Beberapa anak mungkin mengalami kesulitan dalam berkomitmen atau bahkan mengkonsumsi pola hubungan yang kurang sehat, karena pengalaman tersebut membuat mereka bingung tentang batasan moral yang seharusnya mereka pegang.
Efek psikologis dari perselingkuhan dalam keluarga dapat meningkatkan risiko anak-anak untuk mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan.
Menyaksikan atau mengetahui tentang perselingkuhan di rumah dapat menyebabkan anak-anak merasa tidak dicintai atau tidak dihargai, terutama jika mereka merasa menjadi saksi dari konflik yang tidak mereka pahami.
Selain itu, banyak anak merasa terbebani dengan perasaan malu atau bersalah atas ketidakstabilan dalam keluarga mereka.
Jika orang tua sering bertengkar atau melibatkan anak dalam konflik, anak mungkin merasa harus memikul tanggung jawab yang tidak seharusnya mereka pikul.
Kondisi ini bisa berkontribusi pada kecenderungan depresi dan rendahnya harga diri, yang bisa berlanjut hingga dewasa.
Baca Juga: Lihat Bukti Paula Selingkuh, Mak Comblang Baim Wong, 'Kaget Sih'
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Aullia Rachma Puteri |
KOMENTAR