Nakita.id - Saat anak-anak mengetahui adanya perselingkuhan dalam rumah tangga, terutama ketika perselingkuhan tersebut berlangsung di lingkungan rumah, efek jangka panjang bisa sangat signifikan bagi perkembangan emosional dan psikologis mereka.
Pengalaman ini bukan hanya menimbulkan rasa kaget, tetapi juga mengganggu stabilitas psikologis anak, menciptakan dampak yang bertahan hingga dewasa.
Anak-anak, terutama di usia yang lebih muda, sangat membutuhkan rasa aman dalam keluarganya.
Ketika salah satu orang tua terlibat dalam perselingkuhan, anak bisa merasa bahwa keluarganya tidak lagi stabil atau dapat diandalkan.
Mereka mungkin merasa dikhianati oleh orang yang mereka percaya, menyebabkan hilangnya perasaan aman dalam rumah, yang dapat memengaruhi kepercayaan mereka pada orang lain di masa depan.
Kehilangan rasa aman ini bisa berujung pada kecemasan dan rasa takut ditinggalkan.
Dalam jangka panjang, anak-anak yang mengalami ini dapat mengembangkan gangguan kecemasan dan ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain dalam hubungan pribadi, baik dengan teman maupun pasangan hidup.
Perselingkuhan orang tua seringkali menciptakan ketegangan dan konflik antara anggota keluarga, yang bisa berdampak langsung pada hubungan anak dengan orang tua.
Jika anak lebih dekat dengan pihak yang diselingkuhi, anak dapat merasa marah atau kecewa kepada orang tua yang berselingkuh.
Rasa marah ini, jika tidak diatasi dengan baik, bisa memengaruhi hubungan mereka di masa depan.
Di sisi lain, anak yang merasa simpati kepada orang tua yang diselingkuhi mungkin mengembangkan peran sebagai “penjaga” atau “pembela” bagi orang tua tersebut, yang bisa menciptakan beban emosional berat pada anak.
Anak-anak sering merasa bahwa mereka harus menjadi pendukung emosional, yang pada akhirnya bisa menambah tekanan psikologis mereka.
Ketika anak-anak menyaksikan perselingkuhan orang tua, mereka dapat merasa bingung tentang nilai-nilai yang dianut keluarga mereka.
Pada usia yang rentan, anak-anak mencari panutan dan nilai-nilai moral dari lingkungan terdekat, terutama dari keluarga inti.
Menyaksikan salah satu orang tua melanggar komitmen pernikahan dapat menciptakan konflik dalam diri anak tentang apa yang benar dan salah dalam hubungan.
Dalam jangka panjang, anak-anak yang mengalami hal ini mungkin merasa bingung tentang komitmen atau loyalitas dalam hubungan mereka sendiri.
Beberapa anak mungkin mengalami kesulitan dalam berkomitmen atau bahkan mengkonsumsi pola hubungan yang kurang sehat, karena pengalaman tersebut membuat mereka bingung tentang batasan moral yang seharusnya mereka pegang.
Efek psikologis dari perselingkuhan dalam keluarga dapat meningkatkan risiko anak-anak untuk mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan.
Menyaksikan atau mengetahui tentang perselingkuhan di rumah dapat menyebabkan anak-anak merasa tidak dicintai atau tidak dihargai, terutama jika mereka merasa menjadi saksi dari konflik yang tidak mereka pahami.
Selain itu, banyak anak merasa terbebani dengan perasaan malu atau bersalah atas ketidakstabilan dalam keluarga mereka.
Jika orang tua sering bertengkar atau melibatkan anak dalam konflik, anak mungkin merasa harus memikul tanggung jawab yang tidak seharusnya mereka pikul.
Kondisi ini bisa berkontribusi pada kecenderungan depresi dan rendahnya harga diri, yang bisa berlanjut hingga dewasa.
Baca Juga: Lihat Bukti Paula Selingkuh, Mak Comblang Baim Wong, 'Kaget Sih'
Anak-anak yang tumbuh dengan trauma emosional akibat perselingkuhan dalam keluarga cenderung membawa luka tersebut dalam hubungan mereka sendiri di masa depan.
Mereka bisa merasa sulit untuk mempercayai pasangan atau bahkan mempertahankan hubungan yang stabil karena trauma yang belum teratasi.
Selain itu, pengalaman ini bisa membuat anak menciptakan jarak emosional dengan orang lain sebagai bentuk pertahanan, agar tidak terluka seperti yang pernah mereka alami.
Ada pula kasus di mana anak mengembangkan siklus ketidaksetiaan dalam hubungan mereka sendiri sebagai respons atas trauma tersebut.
Pola yang mereka saksikan di rumah bisa menjadi cerminan dari pola hubungan yang mereka bangun di masa depan, baik secara sadar maupun tidak.
Untuk membantu anak-anak yang telah mengetahui perselingkuhan dalam keluarga, pendekatan psikologis yang bijaksana sangat penting.
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa membantu mereka mengatasi trauma:
- Komunikasi Terbuka: Orang tua perlu memberikan penjelasan yang sesuai usia kepada anak tentang apa yang terjadi. Anak-anak yang memahami situasi seringkali lebih mudah mengatasi emosinya, karena mereka tidak lagi merasa bingung atau bersalah.
- Pendampingan Psikologis: Konsultasi dengan psikolog anak dapat membantu mereka memproses perasaan mereka dan membangun kembali rasa aman dalam diri. Terapi keluarga juga bisa menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi konflik antara orang tua dan anak setelah perselingkuhan.
- Dukungan Emosional dari Orang Tua: Orang tua yang terlibat dalam perselingkuhan harus berusaha menjaga hubungan baik dengan anak dan memberikan jaminan bahwa cinta mereka tidak berubah. Membantu anak merasakan cinta tanpa syarat dan dukungan penuh dapat mempercepat proses pemulihan.
- Menciptakan Lingkungan yang Stabil: Lingkungan rumah yang stabil dan tenang dapat membantu anak-anak merasa lebih aman dan tenang. Menghindari konflik terbuka di hadapan anak dan memprioritaskan komunikasi yang sehat antar orang tua sangat penting dalam proses pemulihan anak.
Baca Juga: Beredar Video 11 Detik Paula Verhoeven dan N, Bukti Paula Selingkuh?
Perselingkuhan dalam keluarga bukan hanya menyakitkan bagi pasangan, tetapi juga memberikan efek jangka panjang yang signifikan pada anak-anak.
Pengalaman ini dapat menghancurkan rasa aman, membingungkan identitas, serta memengaruhi kesehatan mental dan emosional mereka.
Bagi anak-anak, mengetahui perselingkuhan orang tua di rumah adalah situasi yang sulit diterima, dan bisa berlanjut memengaruhi pola hubungan dan kesehatan mental mereka hingga dewasa.
Dengan penanganan yang tepat, seperti dukungan emosional dari orang tua, pendampingan psikologis, dan komunikasi yang sehat, anak-anak dapat lebih mudah pulih dari trauma emosional ini.
Dukungan dari lingkungan terdekat sangat penting untuk membantu anak-anak merasa dicintai, dihargai, dan memiliki panduan moral yang baik untuk menghadapi dunia.
Sebagian artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan
Baca Juga: Janji Paula Verhoeven Bakal Klarifikasi Tuduhan Selingkuh, Minta Doa Setelah Digugat Cerai Baim Wong
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Aullia Rachma Puteri |
KOMENTAR