Nakita.id – Toilet training adalah salah satu tahapan penting dalam perkembangan anak yang membutuhkan perhatian dan kesabaran orang tua.
Mengajarkan anak untuk menggunakan toilet secara mandiri bukan hanya membantu membangun kemandirian, tetapi juga mendukung perkembangan fisik dan emosionalnya.
Dengan mengetahui cara yang tepat, orang tua dapat mengurangi risiko stres pada anak dan diri sendiri selama proses tersebut.
Selain itu, toilet training yang dilakukan dengan benar juga dapat membantu anak memahami pentingnya kebersihan sejak dini.
Lalu, bagaimana sebenarnya cara yang tepat melakukan toilet training pada anak?
Berikut ini penjelasan selengkapnya dari dr. Meitha Pingkan Ester T., Sp.A(K).
Sebelum mengajarkan toilet training, Moms dan Dads perlu memerhatikan tanda-tanda kesiapannya pada anak.
Dalam Seminar Media Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (24/12/2024), dr. Meitha Pingkan Ester T., Sp.A(K) menjelaskan sejumlah tanda-tandanya, yaitu:
- Anak meminta untuk memakai pakaian dalam
- Pada usia 30 bulan, dapat memakai dan membuka pakaian
- Pada usia 15 bulan, dapat berjalan ke dan dari toilet
Baca Juga: Anak Balita Sulit Dilatih Toilet Training? Ini 5 Kemungkinan Alasannya
- Ekspresi wajah, postur tubuh, perkataan, atau perilaku yang menandakan anak hendak buang air kecil atau besar, meringis, mendengus, atau berjongkok saat ingin buang air besar, memegang selangkangan, menarik popok, atau menyilangkan kaki saat ingin buang air kecil (75% mencapainya pada usia 26-29 bulan)
- Meniru perilaku orang tua
- Pergerakan usus yang teratur dan dapat diprediksi serta kontrol usus di malam hari
- Menunjukkan ketidaknyamanan dengan popok kotor dan ingin diganti
- Menunjukkan minat menggunakan toilet, keinginan untuk belajar mengendalikan fungsi kandung kemih dan usus (75% mencapainya pada usia 24-26 bulan)
- Postur tubuh stabil saat duduk di toilet
- Tetap kering selama 2 jam setiap kali atau saat tidur siang (75% mencapainya saat usia 24-26 bulan)
- Memiliki keterampilan bahasa ekspresif yang memadai untuk mengomunikasikan kebutuhan untuk berkemih dengan kata-kata atau gerak tubuh yang disepakati
- Memiliki keterampilan bahasa reseptif yang memadai untuk mengikuti perintah sederhana (satu dan dua langkah)
Lebih lanjut, dr. Meitha mengatakan keberhasilan toilet training pada anak juga perlu memerhatikan waktu penerapannya.
“Sebaiknya orang tua tidak melakukan toilet training disaat anak dalam keadaan sakit atau tegang. Misalnya baru pindah rumah atau day care, atau ketika adiknya baru lahir. Toilet training juga harus dilakukan dalam kondisi anak senang, sehingga Si Kecil dengan sukarela akan belajar untuk kemandirian.” jelas dr. Meitha.
Baca Juga: Dampak Anak Telat Toilet Training, Kapan Waktu Tepat Mengajarkannya?
Setelah anak menunjukkan kesiapan, Moms dan Dads bisa menerapkan langkah-langkah berikut untuk melakukan toilet training pada Si Kecil.
- Sisipan: Ditempatkan di dudukan toilet, dapat membuat anak lebih nyaman dan membantu keberhasilan toilet training.
- Bangku: Dapat memudahkan anak naik ke atas toilet denga naman dan nyaman. Bangku juga dapat digunakan untuk meletakkan kaki anak di atas bangku saat anak duduk di toilet.
Kaki ditempatkan dengan posisi “V” terbuka agar anak dapat duduk dengan stabil dan meningkatkan kenyamanannya.
- Pelindung deflector (bagian dari dudukan toilet): Pada anak laki-laki, alat ini dapat membantu memastikan bahwa urin mengalir ke toilet bukan ke dirinya.
Mengatur jadwal pelatihan diperlukan untuk mengajari anak buang air kecil ketika ditempatkan di toilet dan menahan buang air ketika tidak berada di toilet.
Adapun jadwal pelatihan yang bisa dilakukan pada Si Kecil adalah sebagai berikut:
- Ajak anak ke kamar mandi setiap 90 menit. Kalau tidak buang air kecil, interval berikutnya menjadi 60 menit. Kalau buang air kecil, jadwalnya ke toilet dikembalikan ke 90 menit (anak diajarkan menunggu sampai ia dibawa ke toilet).
- Setiap 3 menit atau lebih, berikan penguatan positif untuk duduk dengan baik.
- Moms dan Dads dapat menyanyikan lagu, membacakan buku, atau memberikan mainan pada anak. Namun, penting untuk diingat bahwa jangan sampai anak terlalu terlibat dengan permainannya.
- Jangan memakaikan popok/celana dalam training selain waktu tidur malam hari atau tidur siang.
- Memperpanjang jadwal ke toilet penting dalam membentuk toilet mandiri, Moms bisa menambah interval menjadi 15-30 menit.
- Jadwal pelatihan dapat digunakan sebagai jembatan untuk toilet mandiri.
- Setelah berhasil dengan pelatihan terjadwal, Si Kecil siap untuk menuju kemandirian toileting.
Nah, itu dia Moms dan Dads tanda-tanda dan cara melakukan toilet training pada anak. Semoga bermanfaat! (*)
Baca Juga: Panduan Lengkap Mengenai Cara Efektif Mengajarkan Anak Toilet Training, Mudah Ditiru
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR