Tabloid-nakita.com –Semua mama pasti ingin buah hatinya yang masih batita punya banyak teman, sayangnya kenyataan tidak selalu sejalan dengan harapan—faktanya, anak-anak batita masih belum bisa mengembangkan kemampuan sosialnya dengan baik. Dengan kemampuan berbahasa yang masih perlu dikembangkan, mereka akan sulit mengikuti percakapan... bahkan dengan anak-anak sebaya. Ditambah lagi, sampai usia dua tahun, anak-anak masih berada dalam mode “bermain paralel”, yang artinya, bermain bersama-sama tanpa saling berinteraksi. Bukan cara terbaik untuk menjaring teman-teman baru, kan.
Mulailah dengan perlahan-lahan. Bertemu terlalu banyak anak pada satu waktu bisa membuat anak batita merasa kewalahan, bahkan anak paling luwes bergaul sekali pun. Karena itu tak ada salahnya Mama mengajak si kecil untuk bermain hanya bersama satu-dua temannya terlebih dulu. Dengan memperkenalkan si kecil kepada anak-anak sebayanya secara bertahap, Mama dengan perlahan mendorong dia untuk merasakan energi dan keributan yang bisa ditimbulkan teman bermain, alih-alih memborbardirnya dengan segerombolan teman bermain yang bisa mengundang kerusuhan. Pastikan untuk membatasi waktu bersosialisasi si kecil selama 1 hingga 2 jam saja—anak batita mudah lelah—dan jadwalkan kegiatan bermain saat suasana hatinya sedang senang dan perutnya sudah terisi penuh (pagi hari adalah waktu yang ideal).
Perhatikan lingkungan sekitar. Temukan calon teman si kecil dengan mengamati anak-anak yang masuk ke dalam radar Mama (buah hati Mama mungkin bisa lebih cepat akrab dengan anak-anak yang punya kesamaan dengannya). Anak-anak di lingkungan rumah atau di kompleks Mama, atau mereka yang sering bermain di taman dekat rumah bisa dijadikan calon teman si kecil. Jika Mama memasukkan si kecil ke dalam playgroup atau sekolah musik batita, cobalah untuk mencermati apakah ada anak yang sepertinya cocok dengan anak Mama dan bisa diajak bersahabat. Selain itu, pilihlah teman yang berbagi minat yang sama dengan si kecil, baik itu mainan, saat menggambar, bermain boneka, atau pun plastisin.
Ikutlah terlibat. Karena kebanyakan anak batita masih belum bisa bermain sendiri bersama teman sebayanya, ada baiknya Mama turun tangan bersama mama lain dan memulai obrolan. Saat Mama mengobrol, anak Mama akan mendengar (dan mungkin akan meniru) nada ramah dalam suara Mama. Si kecil juga akan mendapat manfaat dengan melihat perilaku berteman yang baik yang Mama contohkan—misalnya, meminjam mainan dengan cara yang baik atau berbagi makanan. Selain itu, Mama juga harus bersiap-siap untuk campur tangan jika tiba-tiba terjadi keributan.
Berlakulah dengan adil. Anak-anak batita tidak secara alami meminjamkan mainan mereka, bahkan kepada anak yang sama-sama suka bermain truk mainan. Untuk mencegah timbulnya pertengkaran, saat bermain sediakanlah berbagai macam jenis mobil-mobilan, kostum berwarna merah jambu, dan cukup banyak cat air serta kertas gambar. Cara lain adalah dengan mengajak si kecil ke taman bermain yang punya banyak sarana bermain: perosotan, ayunan, area panjatan, dan kereta putar. Mainan yang ukurannya besar akan secara alami menarik minat anak-anak batita yang aktif, dan ujung-ujungnya mereka akan dengan bahagia berlarian di sekitar sarana mainan tadi alih-alih saling berebut satu balok biru.
Fleksibellah dengan ekspektasi Mama. Memaksakan agenda bersosialisasi kepada anak batita yang tidak bersedia melakukannya hany akan membuat si kecil semakin enggan berteman. Jadi, hilangkan tekanan dan buatlah waktu bermain bareng berlangsung singkat jika hal itu tampaknya tidak membuahkan hasil yang positif. Ingat—Mama tidak bisa memaksakan sebuah pertemanan. Hal terbaik yang bisa Mama lakukan hanyalah menanam benih, dan duduklah dengan sabar sambil menyaksikan pertemanan itu tumbuh dengan sendirinya. Seiring berjalannya waktu, buah hati Mama akan mengetahui bahwa bermain itu akan lebih menyenangkan jika dilakukan bersama teman-temannya.
Demikian lima kiat membantu si kecil menjalin pertemanan yang bisa Mama terapkan kepada si kecil. Selamat mencoba dan selamat berteman.
KOMENTAR