Tabloid-Nakita.com - Pasien gagal ginjal kini tidak hanya didominasi orang dewasa, melainkan juga anak-anak. Bahkan, berdasar catatan RSUD Dr Soetomo Surabaya, dalam lima tahun terakhir, pasien cuci darah (haemodialisa) dari kalangan anak-anak meningkat.
Salah satu penyebab anak menderita gagal ginjal adalah kebiasaan jajan tidak sehat. Jajanan anak banyak mengandung zat berbahaya yang bisa mempengaruhi fungsi organ tubuh.
Salah satunya Muhammad Rizky Hari (11), bocah asal Sidoarjo yang harus cuci darah dua kali seminggu di RSUD Dr Soetomo.
Ny Samini (41), ibu anak kelas 4 SD itu, Minggu (31/1), mengaku awalnya ia tidak tahu apa yang dimakan anaknya saat di sekolah. Namun, begitu anaknya kena ginjal, ia mendapat penjelasan bahwa Rizky gagal ginjal karena sering mengonsumsi makanan dan minuman berwarna di sekolah.
Sebelum masuk ke RSU dr Soetomo, Rizky sakit selama empat hari. Saat diperiksakan ke dokter, Rizky diduga kena tipus. Lalu dibawa ke RS Siti Khadijah Sidoarjo. Selang beberapa waktu, Samini dikagetkan oleh keterangan petugas medis bahwa anaknya gagal ginjal.
Rizky lantas dirujuk ke RSU dr Soetomo. Sorenya, ia menjalani pemeriksaan dan dilanjutkan cuci darah. Setelah itu, Rizky langsung diopname di Ruang Perawatan Bona RSU dr Soetomo hingga sekarang.
Kini, setiap hari Rizky menghindari makanan berwarna. Selama berada di RSUD Dr Soetomo, asupan makanan yang diberikan berbahan alami.
Dalam waktu dekat ini, rencananya Samini akan mengikuti pelatihan Continues Ambulatory Peritoneum Dialysis (CAPD) atau cuci perut. Dengan CAPD, Rizky bisa cuci darah di rumah dengan bantuan orangtua.
Senasib, Ahmad Ahwani (12) siswa kelas 6 SD asal Lumajang juga harus cuci darah di RSUD Dr Soetomo. Menurut ibunya, Isdiani (37), anaknya harus cuci darah dua kali seminggu sejak 20 Desember 2015. Awal masuk di RSUD Dr Soetomo, cuci darah dua hari sekali, lalu menjadi tiga kali seminggu.
Cerita berawal ketika Isdiani menemani Ahwani berlibur sekolah ke Mojokerto. Tiba-tiba Ahwani mengeluh sakit dan batuk-batuk. Isdiani lantas membawa anak pertamanya itu ke rumah sakit terdekat.
Isdiani kaget ketika dokter mengatakan, Ahwani sakit ginjal akut. Ia pun langsung merujuk anaknya ke RSUD Dr Soetomo.
Apakah Ahwani sakit disebabkan jajanan tidak sehat, belum diketahui pasti. Namun, Isdiani mengatakan anaknya pernah menderita radang ginjal.
Beruntungnya, baik Rizky maupun Ahwani biaya pengobatannya di-cover BPJS Kesehatan. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya orangtua mereka apabila harus membiayai sendiri, karena setiap kali cuci darah setidaknya membutuhkan biaya Rp 800.000.
Pola Makan Salah
Dokter spesialis ginjal anak di RSUD Dr Soetomo, dr Ninik Soemyarso SpAK mengakui ada peningkatan jumlah pasien cuci darah dari kelompok anak-anak.
"Sejak 5 tahun terakhir, jumlah pasien anak yang cuci darah meningkat. Sebelumnya, dalam setahun hanya ada 3-4 pasien, sekarang 5-10 pasien anak," kata dr Ninik.
Dalam dua bulan terakhir ini sudah ada empat pasien anak yang menjalani cuci darah di RSUD Dr Soetomo. Rata-rata mereka berusia 10-12 tahun. Mereka terkena penyakit ginjal kronik memasuki stadium 5.
Penyebab meningkatnya jumlah pasien anak gagal ginjal, menurut Ninik, selain kini BPJS Kesehatan sudah meng-cover cuci darah, juga pola makan yang salah. Sekarang banyak jajanan anak yang menggunakan bahan pengawet dan pewarna buatan.
Makanan tidak sehat itu berbahaya kalau dikonsumsi anak-anak secara terus-menerus.
Misalnya, makanan yang banyak mengandung kalsium. Anak-anak yang sering mengonsumi makanan seperti itu bisa terkena batu ginjal. Batu yang terus membesar itu bisa merusak fungsi ginjal.
"Saya tidak mau bicara banyak soal makanan. Karena bidang saya hanya ginjal anak. Memang pola makan yang salah bisa menyebabkan penyakit ginjal. Tetapi, jenis makanannya seperti apa, saya tidak bisa menjelaskan secara detail," ujarnya.
Sumber dan foto: Tribunnews.com
KOMENTAR