Tabloid-Nakita.com - Anak usia 2 atau 3 tahun memang sedang lucu-lucunya. Tapi akui saja, kadang-kadang Mama berharap si kecil tidak "mengganggu" Mama. Yah, cukup setengah jam atau satu jam saja supaya Mama bisa istirahat sebentar sepulang dari kantor, atau sekadar untuk mengecek pesan-pesan di ponsel.
Namun, memang sulit membuat si batita mengerti bahwa Mama butuh waktu sendiri sebentar saja. Lagipula, Mama jadi merasa bersalah karena tak mau menemaninya bermain. "Banyak orangtua merasa mereka harus terus terlibat dengan anak-anak, tapi mentalitas semacam itu membuat Mama tidak bisa rileks sama sekali, dan memicu stres," papar psikolog Kathy Hirsh-Pasek, PhD, yang juga penulis buku Einstein Never Used Flash Cards.
Tetapi jika Mama merasa lelah, tak ada salahnya menolak bermain dengan anak. Hanya saja, menolak dengan cara memarahi atau melengos tanpa memberi penjelasan, hanya akan membuat anak merasa tidak disayangi, tidak dihargai, dan tidak diperhatikan. Selain kecewa, ia pun akan merasa sangat sedih.
Lalu bagaimana agar anak mau bermain sendiri? Berikut tip-nya:
* Orangtua boleh saja tidak ikut bermain dengan anak. Tetapi bukan berarti tidak mengacuhkannya begitu saja. Lebih baik, tolaklah secara halus tanpa terlalu mengecewakannya. “Wah, Mama lagi capek nih, bisa enggak ya Mama nemuin Kakak?”
* Tunjukkan penghargaan atas apa yang sudah dilakukan anak dengan mencoba sedikit terlibat dalam permainan, misalnya petak umpet, coba mencari di tempat yang kebetulan dekat dengan kita, atau di ruang tengah sambil membuka sepatu dan menyandarkan diri di sofa. “Kok di ruang teve tidak ada? Wah, Mama menyerah deh!” Penolakan seperti ini tidak membuat anak kecewa tetapi malah membuatnya merasa menang karena kita tidak berhasil menemukan tempat persembunyiannya.
* Tunjukkan bahwa bermain sendiri juga asyik. "Pada tahap tertentu, bermain sendiri merupakan perilaku yang harus dipelajari. Jika Mama tak pernah meninggalkan si kecil, ia tidak akan belajar mandiri," ungkap Cynthia Chandler, PhD, asisten profesor di divisi pendidikan anak usia dini, Black Hill State University di Spearfish, SD.
Biarkan anak bermain sendiri dengan mainan di boksnya, atau taruh mainannya di atas karpet di dekat tempat Mama duduk. Mama cukup berkomentar mengenai permainannya sambil minum teh dulu.
* Berikan ruang agar anak mau bereksperimen. Bila perlu, ubah letak buku-buku, mainan, atau alat-alat yang kerap digunakan si kecil sebulan sekali agar ia merasa menemukan suasana atau permainan baru. Mama bisa memberinya permainan seperti building blocks, Lego, atau peralatan memasak, dan biarkan ia bermain di sudut yang baru.
* Buat mereka sibuk dengan memberikan "tugas" yang harus dikerjakan sementara Mama berganti pakaian, mencuci tangan dan kaki, dan mengambil kudapan. Misalnya mengisi buku mewarnai, menyelesaikan puzzle sederhana, membuat gambar dari tempelan-tempelan, atau membuat bentuk-bentuk binatang dari lilin malam.
Masih banyak yang bisa Mama lakukan agar anak mau bermain sendiri tanpa ia sadari. Perhatikan saja apa kegiatannya sehari-hari, dan uji apakah ia bisa melakukannya tanpa bantuan Mama. Jangan lupa berikan komentar bahwa bermain sendiri ternyata asyik juga! (*/Dini/Redbook)
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
KOMENTAR