Nakita.id - Hamparan pasir putih di pulau Phi Phi, Thailand, menjadi destinasi favorit wisata para turis semenjak film The Beach yang dibintangi oleh Leonardo Di Caprio dirilis pada 2000 lalu.
Namun, sayangnya 'surga' seperti Maya Bay harus menjadi korban atas kepopulerannya.
Kerusakan akibat jumlah pengunjung yang berlebihan, memaksa pemerintah Thailand menutup Maya Bay untuk umum.
BACA JUGA: Pesona Cantik Puteri Indonesia 2018 Sonia Fergina Mirip 5 Artis Cantik ini, Setuju?
Hal tersebut dilakukan untuk memulihkan terumbu karang yang saat ini sedang menderita.
Jumlah pengunjung yang berlebihan, mengakibatkan kerusakan pada terumbu karang yang berada di Maya Bay, sehingga memaksa pemerintah Thailand menutup Maya Bay untuk umum.
BACA JUGA: Anggapan Seputar Protein Ini Mitos atau Fakta? Moms Penting Tahu!
Ditutup Selama Tiga Bulan
Lebih dari 5000 turis mengunjungi Maya Bay pada setiap harinya.
Mereka rata-rata menggunakan perahu dari pusat wisata Phuket dan Karabi yang berkontribusi pada kerusakan terumbu karang.
Maya Bay diperkirakan akan ditutup selama tiga bulan.
Selain itu, terdapat beberapa objek wisata di Thailand yang harus ditutup terkait kerusakan lingkungan.
Di antaranya pulau Koh Khai dan Koh Tachai, yang dianggap sebagai pulau terindah di negara tersebut.
Menurut Thon Thamrongnawasawat, seorang ahli kelautan dari Kasetsart University, sekitar 77% terumbu karang di perairan Thailand rusak akibat pariwisata.
Hal tersebut meningkat 30% dari satu dekade yang lalu.
Thamrongnawasawat mengatakan, kerusakan karang tersebut disebabkan oleh hotel-hotel di depan pantai, sampah plastik yang dibuang ke laut, dan jangkar kapal.
"Penutupan sementara mungkin hanya membantu sedikit. Solusi idealnya adalah menutup Maya Bay secara permanen. Namun, hal tersebut tidak mungkin, mengingat ketergantungan Thailand pada pendapatan pariwisata," ujar Thamrongnawasawat.
BACA JUGA: Begini Penampilan Aktris Bollywood Tanpa Riasan Wajah, Wow Cantik Natural!
Membahayakan Ekosisrem Laut
Sebelumnya pada Mei 2016 lalu, pemerintah Thailand pernah mengumumkan penutupan Koh Tachai, sebuah pulau di negara tersebut.
Tunya Natithammakul, direktur departemen konservasi taman nasional, cagar alam dan tanaman, menjelaskan bahwa Koh Tachai membutuhkan waktu untuk pulih dari kerusakan akibat pariwisata.
"Berterima kasih pada keindahannya, Koh Tachai menjadi obyek wisata populer bagi turis asing maupun lokal. Ini menyebabkan Koh Tachai menjadi sesak. Sumber daya alam dan lingkungannya mengalami kerusakan," ujar Netithammakul.
"Kami harus menutupnya agar rehabilitasi di pulau dan laut tida terganggu oleh kegiatan pariwisata. Ini harus dilakukan sebelum kerusakan semakin parah dan tidak dapat diperbaiki," tambahnya.
"Sekelompok turis menghabiskan sekitar tiga jam untuk berenang, memberi makan ikan, dan snorkeling. Aktivitas tersebut membahayakan ekosistem laut, terutama terumbu karang."
Selain itu, dirinya pun menambahkan, speedboat juga memberikan tekanan pada ekosistem laut.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Radita Milati |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR