Selain itu, terdapat beberapa objek wisata di Thailand yang harus ditutup terkait kerusakan lingkungan.
Di antaranya pulau Koh Khai dan Koh Tachai, yang dianggap sebagai pulau terindah di negara tersebut.
Menurut Thon Thamrongnawasawat, seorang ahli kelautan dari Kasetsart University, sekitar 77% terumbu karang di perairan Thailand rusak akibat pariwisata.
Hal tersebut meningkat 30% dari satu dekade yang lalu.
Thamrongnawasawat mengatakan, kerusakan karang tersebut disebabkan oleh hotel-hotel di depan pantai, sampah plastik yang dibuang ke laut, dan jangkar kapal.
"Penutupan sementara mungkin hanya membantu sedikit. Solusi idealnya adalah menutup Maya Bay secara permanen. Namun, hal tersebut tidak mungkin, mengingat ketergantungan Thailand pada pendapatan pariwisata," ujar Thamrongnawasawat.
BACA JUGA: Begini Penampilan Aktris Bollywood Tanpa Riasan Wajah, Wow Cantik Natural!
Membahayakan Ekosisrem Laut
Sebelumnya pada Mei 2016 lalu, pemerintah Thailand pernah mengumumkan penutupan Koh Tachai, sebuah pulau di negara tersebut.
Tunya Natithammakul, direktur departemen konservasi taman nasional, cagar alam dan tanaman, menjelaskan bahwa Koh Tachai membutuhkan waktu untuk pulih dari kerusakan akibat pariwisata.
"Berterima kasih pada keindahannya, Koh Tachai menjadi obyek wisata populer bagi turis asing maupun lokal. Ini menyebabkan Koh Tachai menjadi sesak. Sumber daya alam dan lingkungannya mengalami kerusakan," ujar Netithammakul.
"Kami harus menutupnya agar rehabilitasi di pulau dan laut tida terganggu oleh kegiatan pariwisata. Ini harus dilakukan sebelum kerusakan semakin parah dan tidak dapat diperbaiki," tambahnya.
"Sekelompok turis menghabiskan sekitar tiga jam untuk berenang, memberi makan ikan, dan snorkeling. Aktivitas tersebut membahayakan ekosistem laut, terutama terumbu karang."
Selain itu, dirinya pun menambahkan, speedboat juga memberikan tekanan pada ekosistem laut.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Radita Milati |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR