Dulu, kita tak bisa memperkirakan kapan bayi akan lahir. Dokter umumnya memang memberikan perkiraan waktu persalinan berdasarkan seberapa lebar leher rahim, namun hal ini bisa terjadi dalam berminggu-minggu. Kelahiran bayi bisa terjadi kapan saja, baik siang atau malam. Kita baru akan tahu sudah waktunya melahirkan ketika air ketuban pecah, lalu terjadi kontraksi.
Namun kini para peneliti telah menemukan tanda-tanda kimiawi yang dapat menunjukkan secara akurat kapan ibu hamil akan bersalin. Informasi ini juga dianggap dapat membantu mencegah atau memicu terjadinya persalinan.
Hasil tes pada sel-sel di dalam air ketuban yang mengelilingi bayi di dalam rahim dapat mengindikasikan kapan perempuan siap melahirkan. Peneliti dari The University of Texas Medical Branch di Galveston menganalisa sampel cairan dari 50 perempuan saat bersalin, dan 51 perempuan pada akhir kehamilan (tetapi belum menjalani persalinan).
Perbedaan antara kepingan-kepingan sel di dalam cairan tersebut lalu dibandingkan, untuk menemukan apa yang memicu perubahan yang mengawali persalinan. Selain itu selaput lendir dalam plasenta setelah melahirkan juga dibandingkan. Dari situ mereka menemukan tanda-tanda biologis yang menunjukkan kapan persalinan akan dimulai.
Menjelang persalinan, struktur-struktur di dalam rahim seperti plasenta (penyuplai darah bagi bayi), memasuki masa akhir hidup mereka. Potongan-potongan kecil yang terputus dari plasenta (telomer, yang mengapung di dalam cairan) memendek dan semakin mengecil seiring berjalannya kehamilan. Semakin lama, potongan ini menjadi terlalu kecil untuk membelah. Saat itulah persalinan akan segera terjadi.
Menurut tim peneliti dalam laporannya di jurnal PLOS One, telomer lah yang memicu proses peradangan yang kemudian menimbulkan persalinan. Telomer punya peran penting, dan sesungguhnya merupakan bagian-bagian dari DNA yang menjaga informasi genetik ketika sel-sel membelah.
"Terjadinya proses persalinan itu kompleks. Sebagian sistem tubuh mempertahankan persalinan melalui keseimbangan hormon di dalam kandungan. Ketika keseimbangan ini berubah, hal itu cenderung akan memicu persalinan," ujar penulis studi ini, Ramkumar Menon, seorang profesor kebidanan.
Dengan mengetahui secara pasti kapan persalinan akan terjadi, ibu hamil tak perlu menunggu berjam-jam untuk melahirkan dengan perasaan tegang. Selain itu, dokter dapat menentukan metode persalinan yang lebih efektif. "Mungkin termasuk risiko kelahiran prematur dan intervensi medis untuk induksi atau pencegahan persalinan," katanya.
Tanda persalinan yang paling jelas adalah ketika terjadi gelombang kontraksi yang kuat, yang menggerakkan bayi ke bawah menuju kanal kelahiran. (Dini/The Daily Mail)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
KOMENTAR