Sebab, di manapun, bayi dan anak-anak akan lebih rentan terkena serangan hipotermia dibandingkan orang dewasa.
Untuk mengurangi risiko hipotermia, Mama dianjurkan sering menyusui bayi.
Kalau bayi tidak atau belum bisa mengisap puting susu, usahakan berikan bayi ASI perah. Hangatkan kamar bayi dengan lampu sekitar 15—40 watt taruh lampu sekitar 50 cm dari boks bayi dan pancarkan ke bayi.
Jangan biarkan bayi tidur di ruangan yang suhunya terlalu dingin. Suhu aman AC untuk bayi adalah 26?C.
Selalu selimuti bayi (terutama yang baru lahir) dan pakaikan topi untuk menutupi kepala dan telinganya. Pemakaian tutup kepala ini penting mengingat 25% panas hilang melalui kepala.
Jangan lupa memeriksa popok bayi. Kalau si kecil pipis, segera ganti popoknya.
Tidak disarankan memakai popok sekali pakai, karena bila lupa diganti dalam waktu lama, dikhawatirkan popok akan terlalu basah dan membuat bayi kedinginan.
Jangan lupa lakukan skin to skin contact. Tempelkan bayi ke dada Mama, suhu tubuh Mama yang hangat akan dialirkan pada bayi.
Salah satu kegunaan memberikan ASI secara langsung pada bayi adalah memberi kesempatan Mama melakukan kontak kulit dengan bayi.
Mengenali hipotermia bisa dilakukan Ibu dengan cara mencermati bayinya. Pegang kaki dan tangannya, bila terasa dingin, bayi mungkin mengalami kedinginan, coba selimuti dia, gendong dan susui bayi.
Bila bayi juga tampak malas minum/berkurang minumnya, kurang aktif, wajah pucat, kebiruan, napasnya cepat atau berat, ukur suhu tubuhnya dengan termometer. Jika memang hipotermia segera bawa bayi ke dokter.
KOMENTAR