Nakita.id - Melihat anak tetangga yang sudah bisa melangkah sendiri di usia 1 tahun, banyak orangtua jadi khawatir karena anaknya sendiri belum bisa melakukannya.
Sebaiknya sikapi perkembangan setiap anak dengan positif.
Bagaimanapun juga tiap anak memiliki waktunya sendiri-sendiri dalam memenuhi pencapaian perkembangannya.
Jangankan anak orang lain, antara adik dan kakak saja pasti berbeda, bahkan anak kembar sekalipun. Percaya, deh.
Soal kapan tibanya kemampuan berjalan ini, orangtua diharap bersabar hingga usia anak mencapai 18 bulan atau satu setengah tahun.
Jika hingga di usia itu belum tampak tanda-tanda anak dapat berjalan, barulah kita boleh menyebutnya terlambat.
Poin penting yang perlu dipahami orangtua adalah tahapan perkembangan setiap anak berbeda atau bervariasi.
Ada yang masuk kategori early walker, ada juga yang late walker.
Early walker maksudnya pada usia sebelum 1 tahun sudah bisa berjalan walaupun belum mahir.
Sebaliknya, yang dikategorikan late walker adalah anak yang baru bisa berjalan saat usianya di atas 16-17 bulan.
Jika pada usia satu setengah tahun (18 bulan), anak belum juga menunjukkan tanda-tanda bisa berjalan, konsultasikan masalah ini pada dokter anak agar dapat diketahui penyebabnya dan dicarikan solusinya.
Stimulasi Berjalan Si Satu Tahun
Asal tahu saja, mengapa anak sampai terlambat berjalan, paling sering ternyata disebabkan kurangnya stimulasi atau rangsangan berjalan.
Kok bisa? Ya bisa dong, misalnya saja kalau karena tak mau si anak kotor atau terjatuh, lantas orangtua dan pengasuh menggendongnya ke mana-mana.
Memang, dalam memberikan rangsangan, orangtua harus memberikan kesempatan kepada si batita untuk bereksplorasi tanpa bantuan, termasuk bermain di lantai dan sesekali terjatuh karena mencoba berdiri di atas onggokan mainannya.
Tidak apa-apa, karena dengan begitu si kecil melatih dirinya sendiri untuk mampu berdiri dan melangkah hingga akhirnya bisa berjalan.
Belajar berjalan merupakan proses berkesinambungan yang dimulai sejak anak belajar duduk sendiri di usia 6 bulan tanpa ditopang.
Yang penting, orangtua selalu memantau kemajuan atau perkembangan si kecil dengan cermat bulan demi bulan, sehingga tahu apa sajakah kemampuan yang dicapainya.
Menatih anak adalah salah satu stimulasi yang dapat dilakukan untuk mengasah kemampuan berjalan si batita.
Caranya, ibu atau ayah secara bergantian memegang kedua tangan anak sambil berjalan di belakangnya.
Cara lain, ayah dan ibu, masing-masing memegang satu tangan si kecil, kanan dan kiri.
Pada suatu kesempatan, lepaskan pegangan tangan anak sehingga tanpa sadar ia berjalan dan menyesuaikan keseimbangan tubuhnya.
Ia akan tampak senang ketika bisa melangkah sendiri tanpa berpegangan meskipun itu hanya satu dua langkah.
Jangan lupa beri pujian, pelukan, dan ciuman sehingga anak ingin mengulang kembali dan akhirnya ia bisa berjalan sendiri tanpa ditatih ataupun dipegang orangtuanya.
Selain itu, kemampuan berjalan juga dapat dirangsang dengan menggunakan alat bermain.
Untuk anak yang mulai bisa berdiri, permainan yang sama dapat dilakukan.
Minta anak mengambil mainan satu atau dua langkah di depannya, sehingga tanpa sadar ia melangkahkan kaki untuk meraihnya.
Bila kemampuan berjalannya sudah makin mahir, lakukan kegiatan atau permainan serupa dengan menempuh jarak yang lebih jauh dari sebelumnya.
Orangtua juga dapat menggunakan alat bantu berjalan yang dijual di pasaran.
Ada yang berbentuk mainan dorong-dorongan, ada juga alat dari bahan kain yang ditalikan ke pinggang anak dengan tali melingkar sebagai pegangan orang dewasa untuk memandu anak berjalan, dan masih banyak alat lainnya.
Semua alat itu dapat menstimulasi kemampuan berjalan anak.
Yang lebih murah juga ada, kardus ukuran besar berisi mainan bisa dijadikan mainan dorong-dorongan yang dapat menstimulasi kemampuan berjalan anak.
Yang perlu diperhatikan, hindari memaksa anak untuk latihan berjalan.
Kalau dipaksakan justru anak makin tidak mau melakukannya. Ciptakan saja suasana bermain yang merangsangnya beraktivitas di lantai dan mengundang aksinya berjalan.
Selain itu, pastikan pula anak dalam kondisi senang atau gembira, karena kalau ia rewel atau sedang mengantuk, lapar, dan tidak mood, upaya ini takkan mendapat hasil maksimal.
Hal lain yang juga perlu diingat adalah perhatikan lingkungan eksplorasi si batita.
Cegah Hal-hal yang tak diinginkan kala melakukan stimulasi atau latihan berjalan.
Pindahkan meja yang bersudut tajam atau tutupi dengan kain bagian yang tajam tersebut untuk menghindari si kecil dari benturan yang bisa mengakibatkan cedera.
Jauhkan benda-benda yang bisa membuat si kecil celaka, semisal, terpeleset, entah itu tali, benda/mainan runcing, karpet, lantai yang licin, dan sebagainya.
Nah, selamat melatih si kecil belajar berjalan!
Narasumber:
Dr. Theresia Diah Arini, Sp.RM, dari
Klinik Dharma Daya Lestari,
Jakarta.
KOMENTAR