Itu karena hingga saat ini, letusan freatik pada gunung api masih sulit diidentifikasi tanda-tandanya.
"Ini berbeda dengan erupsi karena adanya pelepasan magma dari dalam gunung api, tanda-tanda fisikanya terlihat jelas, misal dengan kenaikan jumlah gempa vulkanik, deformasi (perubahan bentuk tubuh gunung), kandungan gas dan sebagainya," ungkap Wiwit kepada Kompas.com.
Menurut Wiwit, sebenarnya letusan freatik pada Gunung Merapi telah beberapa kali terjadi semenjak letusan besar pada 2010. Wiwit juga mencontohkan letusan freatik yang terjadi di Jepang.
"Jepang sendiri yang jauh lebih maju teknologi monitoring gunung apinya juga belum mampu melihat tanda-tanda sebelum erupsi phreatic, misal di Gunung Ontake tahun 2014 bahkan membawa puluhan korban jiwa," ujar Wiwit.
"Saya dua tahun lalu juga sempat mampir ke Gunung Hakone di Jepang yang pada 2015 meletus freatik juga hampir tidak ada tanda-tanda fisika sebelumnya (sebelum meletus freatik)," kisahnya.
Wiwit juga mengatakan, saat ini upaya mendeteksi tanda-tanda letusan freatik sedang dilakukan oleh para ahli gunung api.
"Di antaranya dengan memasang instrumen monitoring yang lebih sensitif, memanfaatkan data pengindraan jauh dari satelit, dan lainnya," kata Wiwit.
Menyoal letusan freatik sendiri, menurut Wiwit, ini sebenarnya adalah salah satu tipe erupsi gunung api.
BACA JUGA: Sempat Jadi Tanda Tanya, Ternyata Ini Alasan Lina Gugat Cerai Sule
"Hanya biasanya kalau di Indonesia erupsi merupakan istilah untuk magmatic eruption," tambah Wiwit.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tanpa Pertanda, Lazimkah Letusan Freatik Gunung Merapi?".
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Source | : | kompas |
Penulis | : | Fita Nofiana |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR