"Ketika anak mengalami kejadian traumatis, tentu ada dampak segera yang biasanya dialami oleh banyak individu ketika mengalami peristiwa traumatis, yang bisa dikatakan sebagai respon awal yang wajar," jelasnya.
BACA JUGA: Sisi Lain Puji Kuswati, Ibu Libatkan Anaknya Pada Peledakan Bom GKI Surabaya
Misalnya, merasa sangat shock (terguncang), mengalami luka fisik, respon emosional segera seperti menangis, berteriak dan seterusnya," terangnya dalam wawancara oleh tim Nakita.id via telepon pada Senin (14/5/2018).
Gisella mengingatkan untuk waspada terhadap dampak trauma yang tertunda, atau yang tidak muncul langsung setelah peristiwa tersebut terjadi.
"Dan yang harus diwaspadai mungkin adanya dampak trauma yang tertunda, yang mungkin muncul pada waktu jangka panjang setelah mengalami peristiwa traumatis.
Tetapi perlu diingat, dampak akan sangat beragam dari satu anak dengan anak lainnya dan setiap orang memiliki kemampuan masing-masing untuk bangkit dari dampak peristiwa traumatis," tambahnya.
BACA JUGA: Sebelum Jadi Korban Bom di Surabaya, Evan Gandeng Tangan Adiknya
Beberapa bentuk trauma yang tertunda, misalnya seperti mengalami perasaan yang mudah berubah, mudah sedih dan menangis, mudah marah, mempertanyakan situasi, merasa tidak aman, membentuk pemikiran bahwa semua orang dengan karakteristik seperti pelaku itu adalah jahat, dan sebagainya.
Gisella menyarankan pentingnya pemberian dukungan positif bagi para korban.
Misalnya orang-orang terdekat korban perlu menciptakan rasa aman secara emosional dan menerima dinamika perasaan emosi yang dialami oleh korban.
"Dengan kita menerima, memahami, memberikan lingkungan yang positif dan aman, maka kita akan membantu korban untuk lebih bisa mengelola kondisinya pasca peristiwa traumatik tersebut," jelas Gisella.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Amelia Puteri |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR