Tabloid-Nakita.com - Apalagi yang merisaukan selain anak sulit makan. Memang, masa batita (1-3 tahun) dikenal dengan periode anak sulit makan. Penyebabnya, di masa ini masih mengalami penyesuaian, dari makanan cair di saat ia masih bayi ke makanan padat. Selain itu, aktivitas dan eksplorasi yang tinggi juga kerap membuatnya sulit makan. Penyebab lainnya, adanya distraksi/gangguan perhatian dari lingkungan boleh jadi merupakan faktor utama anak-anak sulit makan. Berikut 3 penyebab anak sulit makan di masa batita:
1. MENGEMUT MAKANAN
Penyebab:
1. Si batita belum berhasil melewati masa transisi dari makanan cair ke padat.
Asyik bermain hingga lupa masih ada makanan dalam mulutnya.
Dampak:
Jika dibiarkan terus-menerus, kondisi gizi anak akan memburuk dan giginya mengalami kerusakan.
Tip mengatasi:
Bagaimanapun anak mesti belajar mengunyah karena proses makan harus berkembang sesuai dengan pertambahan umur si batita. Tunjukkan padanya bagaimana cara mengunyah yang benar, yaitu perlahan-lahan dengan menggerakkan rahang atas dan rahang bawah.
Bila anak terlalu asyik bermai sehingga lupa mengunyah, minta anak berhenti bermain sampai aktivitas makannya selesai. Jika itu terlalu sulit diterapkan, coba bagi makanannya menjadi beberapa porsi kecil, lalu minta anak untuk menghabiskan 1 porsi sebelum bermain lagi. Tentukan waktu main tidak terlalu lama, misalnya 5 menit, lalu ia harus masuk ke proses makan satu porsi lainnya, dan seterusnya.
Biasakan anak makan di meja makan tanpa disambi aktivitas lain semisal nonton teve. Matikan tevenya supaya ia tak tergoda untuk menonton. Jadikan nonton teve atau bermain sebagai hadiah setelah ia selesai makan.
2. TAK MAU BUKA MULUT
Penyebab:
Mungkin ada sariawan atau infeksi pada gigi-geliginya. Kalau ini yang terjadi, jangankan mengunyah, membuka mulut pun merupakan siksaan tersendiri.
Masih kenyang atau sebaliknya sudah kenyang duluan karena banyak menikmati camilan sebelum jam makan tiba.
Suasana makan yang diburu-buru. Misal, karena orangtua harus segera berangkat kerja, maka anak diminta untuk cepat-cepat menghabiskan makanannya.
Tidak suka makanan yang disodorkan meskipun makanan tersebut sangat bergizi.
Dampak:
Apa pun penyebabnya, makan harus tetap diusahakan untuk memenuhi kecukupan gizi per hari si batita. Sebab, kurangnya porsi makan berarti kurangnya asupan gizi yang masuk. Ini tentunya berdampak pada tumbuh kembangnya.
Tip mengatasi:
Bila karena masalah gigi, bawalah ke dokter gigi anak guna memastikan apakah gigi-geliginya ada yang mengalami gangguan atau tidak. Ada baiknya periksakan mulut dan gigi anak secara berkala tiap 3 bulan sekali.
Atur makanan anak sehingga selalu bervariasi. Ingat, anak relatif cepat bosan dan mudah berubah keinginannya. Contohnya, hari ini ia suka sekali tempe bacem, tapi besok ia hanya mau makan dengan telur dadar, dan lusa mau makan ayam goreng tepung dan seterusnya.
Selain itu, cara pengolahan dan penyajiannya pun harus mampu memikat hati anak. Ada baiknya menanyakan lebih dulu pada anak menu yang diinginkannya hari ini. Keterlibatan anak saat memilih akan membuatnya senang dan bersemangat menyantap makanan tersebut.
Terapkan pola makan anak dan berusahalah untuk mematuhi jadwal tersebut. Jangan pernah memburu-buru anak di kala makan karena si batita malah bisa kehilangan selera makan. Lebih baik ciptakan suasana santai dan menyenangkan tanpa keterburu-buruan seperti itu.
3. MENYEMBUR-NYEMBUR MAKANAN
Penyebab:
Makanan terasa asing di lidahnya. Entah karena rasanya terlalu asin/manis, atau malah enggak ada rasanya sama sekali.
Bosan dengan makanan itu karena mendapat hidangan yang sama terus-menerus.
Ingin mendapatkan atensi dari orang di sekelilingnya. Asal tahu saja, perhatian bagi anak bukan hanya ditertawakan, tapi dimarahi pun juga termasuk perhatian.
Iseng karena suka dengan suara yang ditimbulkan ketika tengah menyemburkan makanan.
Dampak:
Bila hal ini dibiarkan saja, anak tidak belajar bahwa makanan bukanlah mainan. Selain itu, bisa jadi pertumbuhan si batita tidak optimal lantaran lebih banyak makanan yang terbuang daripada yang masuk ke tubuh anak. Bukan tak mungkin pula, anak berkembang jadi sosok yang suka cari perhatian dengan cara-cara tak sehat.
Tip mengatasi: 1. Tak perlu memberi reaksi berlebihan bila si batita menyemburkan makanannya apalagi memarahi. Jangan pula mentertawakan. Lebih baik tanyakan apakah makanannya kurang enak. Kalau ya, lebih baik ganti dengan makanan sejenis. “Oh, Adek enggak mau makan nasi hari ini? Bunda punya kentang. Enak, deh!"
2. Sebelum mengganti, ajak dia berjanji untuk tidak menyemburkan lagi makanannya. Jika masih tetap menyemburkan makanan penggantinya, tarik dulu makanan tersebut selama sekitar 30 menit, baru kemudian diberikan lagi. Kemungkinan ia sedang tak ingin makan.
3. Bila merupakan bagian dari eksplorasinya, katakan pada si kecil, "Lucu, ya, Dek, bunyinya. Tapi makanan itu nanti harus ditelan ya." Bila si batita melakukannya karena iseng, beri penjelasan bahwa makanan bukan mainan, jadi tak boleh disembur-semburkan. Jangan bosan untuk terus-menerus menjelaskannya pada si kecil agar perilaku ini tak terus berlanjut.
KOMENTAR