Tabloid-Nakita.com - Di jaman serba instan ini, tidak sedikit orangtua yang berupaya menerapkan pola asuh instan. Ketatnya kompetisi membuat orangtua berlomba-lomba mendidik anaknya agar sukses. Mereka seolah takut tertinggal bila tidak ikut trend pola pengasuhan serba instan ini. Akibatnya, anak disibukkan dengan berbagai les dan kursus, sehingga waktu bermainnya habis untuk belajar dan belajar.
Baca : Jangan beri permen kenyal pada anak. Heboh anak meninggal karena permen kenyal
Apakah cara itu berhasil? Ternyata tidak juga tindakan orangtua itu justru dapat menghancurkan masa depan anak kelak. Stephen Camarata, pakar tumbuh kembang anak yang telah berpraktik selama 25 tahun, dalam esai pendeknya pernah mengungkapkan keprihatinan mengenai hal ini. Menurut Stephen, orang tua harus diberdayakan dengan pengetahuan untuk tidak mudah termakan taktik menakut-nakuti dalam menentukan pola didik dan belajar anak.
Di dalam bukunya, The Intuitive Parent, Stephen mengatakan bahwa hal yang paling penting dalam membesarkan anak yang sehat, cerdas, dan bahagia adalah keberadaan dan kebijaksanaan Anda sebagai orang tua mereka. Berangkat dari pemahaman itu, inilah mitos pola belajar keliru yang masih banyak diterapkan orang tua kepada anak-anaknya, yang dapat menghancurkan masa depan anak, berikut di antaranya:
Mitos #1: Anda harus fokus mengembangkan otak bayi Anda sedini mungkin
Yang paling menakutkan adalah para ahli mengatakan bahwa pengoptimalan otak seharusnya dilakukan pada masa tiga tahun pertama kehidupan anak. Setelah itu, otak tetap berkembang tapi tidak maksimal.
Otak memang memerlukan input agar bisa berkembang, tapi tidak terlalu perlu dengan cara yang khusus. Lingkungan natural seorang bayi - sinyal, suara, rasa, sentuhan, bau yang kita alami juga setiap hari, memberi stimulus yang cukup untuk memicu perkembangan otaknya.
Ketika seorang ibu bernyanyi saat memberi makan atau memakaikan pakaian, secara natural ibu merangsang gelombang otak anak untuk bekerja aktif. Orang tua intuitif - orang tua yang mengikuti naluri mereka, mengembangkan otak bayinya tanpa menetapkan tanpa aksi-aksi yang terkesan memaksa.
Baca : Bayi tidak perlu bantal saat tidur. Ini alasannya
Mitos #2: Anak perlu ditempatkan di kelas khusus karena terlambat bicara dibanding anak-anak lain
Pikir lagi jika ada orang, apapun profesinya, yang melabeli anak Anda autis karena dia terlambat bicara, dan guru yang terburu-buru menempatkan anak di kelas khusus.
Penelitian menunjukkan bahwa 60% anak yang awalnya terlambat bicara, dapat mengejar ketinggalan dari anak-anak sebayanya dalam waktu dua atau tiga tahun. Stephen mencontohkan dirinya sendiri yang belum dapat bicara sampai umur 3,5 tahun.
Memiliki spesialis tumbuh kembang anak adalah hal yang sangat bagus. Tapi sekali lagi, jangan dulu menerima diagnosa "ada kelainan" pada anak Anda sebelum meminta pendapat kedua dari ahli yang lain.
Baca : Habis disusui, bayi jangan diberi minum air putih. Ini alasannya.
Mitos #3: Anak dianjurkan mengonsumsi Ritalin karena tidak bisa diam selama di kelas
Apakah anak Anda tidak bisa diam saat guru bercerita atau sedang menjelaskan pelajaran? Kelas anak-anak usia dini masih sering menggunakan metode belajar "duduk diam dengarkan saja" atau "duduk diam kerjakan apa yang disuruh". Ketahuilah, banyak anak-anak berbakat bisa belajar dengan cara itu tapi banyak juga yang tidak. Banyak anak belajar sambil bekerja atau beraktivitas dan itu sah-sah saja.
Sangat menyedihkan jika guru atau orang tua atau siapapun langsung menghakimi anak yang tidak bisa diam sebagai anak dengan ADHD (gangguan konsentrasi). Lebih sedih lagi jika akhirnya obat seperti Ritalin (obat stimulan syaraf pusat) dijadikan jawaban untuk menenangkan anak. Pertimbangkanlah bahwa cara belajar anak tidak sama. Bahkan anak yang sungguh-sungguh ADHD sekalipun dapat diterapi tanpa obat-obatan.
Baca : Duh , bayiku lahir di atas 4 kg
Mitos #4: Jika ingin anak sekolah di Universitas unggulan, mulai dari sekarang dengan kartu flash
Perangkat lunak yang mahal sering dijajakan kepada orang tua untuk mengajar anak menghafal, membaca, menambah kosa kata bahasa ibu, bahasa asing dan lain sebagainya.
Sebaliknya, orangtua intuitif mendorong anak mahir dalam pemecahan masalah, penalaran dan kemampuan berpikir, sambil merangsang rasa ingin tahu anak. Dasar pengasuhan intuitif adalah "beri perhatian pada anak Anda". Berinteraksi dengan mereka secara alami jauh dari macam-macam perangkat itu. Beberapa penelitian mengungkapkan, sistem intuitif alami ini terbukti lebih dapat meningkatkan kosakata anak.
Baca : Musim hujan akan tiba, waspada radang tenggorokan
Mitos #5: Bisa membaca di usia dini adalah tanda-tanda kejeniusan
Tentu, membaca adalah hal yang sangat baik - tetapi hanya jika anak benar-benar memahami apa yang dia baca. Hanya tahu cara membaca atau nama suatu benda belum tentu seorang anak benar-benar memahami apa yang dia baca atau ucapkan.
Sebaiknya, orang tua duduk santai bersama anak sambil membaca bersama. Pastikan untuk menamai suatu gambar saat anak menunjuk dan menanyakan artinya. Biarkan anak mengarang ceritanya sendiri. Kegiatan membaca haruslah menyenangkan, interaktif dan dialogis.
Memaksa anak menghafal banyak kata tanpa makna di masa otak masih berkembang dapat menyebabkan hiperleksia, suatu kondisi di mana anak bisa membaca tapi kesulitan menangkap makna. Dan itu bukan tanda kejeniusan. Bisa membaca di usia dini dan tahu persis makna setiap kata, mungkin itulah tanda anak jenius. Tapi, biarkan waktu yang menjawab. Jenius atau tidak, tidak mengurangi nilai seorang anak.
Memang, tidak ada orangtua sempurna, tapi sebagai orangtua, hindari kesalahan yang dapat merusak masa depan anak
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Ipoel |
KOMENTAR