Tabloid-Nakita.com - Kekerasan verbal adalah kekerasan terhadap perasaan dengan menggunakan kata-kata yang kasar tanpa menyentuh fisiknya. Akibatnya, ucapan atau kalimat yang dilontarkan tersebut dapat memengaruhi kondisi emosional anak.
Pelaku Kekerasan Verbal Pada Anak:
Pelaku kekerasan verbal adalah orang dewasa.
Penyebab Kekerasan Verbal Pada Anak:
Umumnya, kekerasan verbal dilakukan oleh orang dewasa kepada anak tidak disertai dengan niat jahat. Awalnya, pada beberapa kasus, orangtua/guru/orang dewasa melakukan hal tersebut dengan tujuan baik, yakni untuk mendidik si anak, namun pemilihan katanya tidak tepat sehingga membuat anak terganggu perasaannya. Contoh: “Kok kamu bodoh sekali ya, begitu saja tidak bisa.”;
“Masa adikmu lebih pintar dari kamu sih?”; “Sudahlah, kamu tidak perlu mengerjakan itu, sudah pasti kamu tidak dapat mengerjakannya.” Jadi, ada orangtua/orang dewasa yang tidak menyadari telah melakukan kekerasan verbal pada anak ketika melontarkan sebuah kalimat dan sudah dapat dikategorikan sebagai kekerasan verbal.
Bentuk Kekerasan Verbal Pada Anak:
Kekerasan verbal dapat dibedakan menjadi: ucapan yang mengintimidasi, menggertak, memaki, merendahkan, membentak, mengancam, meneriaki, memfitnah, menakut-nakuti, menghina, memberikan sebutan yang tidak pantas (labeling), dan lain-lain.
Dampak Kekerasan Verbal Pada Anak:
Ada beberapa dampak yang timbul pada anak ketika mendapat kekerasan verbal. Ketika dampak-dampak tersebut tidak terdeteksi oleh orangtua dan tidak ditangani dengan tepat, maka kemungkinan yang terjadi adalah dampak-dampak tersebut akan terbawa hingga dewasa. Dengan demikian selama proses perkembangannya si anak akan terus terganggu.
Berikut beberapa dampak yang mungkin terjadi:
* Hilangnya kepercayaan diri pada anak.
* Muncul perasaan tidak berdaya pada anak.
* Prestasi yang terus menurun, baik prestasi di sekolah maupun luar sekolah.
* Lemahnya daya kreativitas anak.
* Muncul kecemasan dalam diri anak.
* Muncul sikap agresif sebagai wujud perlindungan diri.
* Anak kesulitan berhubungan dengan teman sebaya karena hilang kepercayaan dirinya.
Deteksi Kekerasan Verbal Pada Anak:
Umumnya, anak yang mengalami kekerasan verbal menunjukkan tanda-tanda yang sebenarnya terlihat sangat jelas. Tentunya jika para orangtua/guru mencermati atau memerhatikan. Contoh:
* Si Adon awalnya menyukai pelajari matematika, tetapi beberapa waktu kemudian Adon tidak lagi menyukai matematika, bahkan membenci matematika.
* Nako adalah seseorang anak yang selalu riang dan memiliki rasa ingin tahu tinggi, sehingga banyak bertanya kepada siapa pun. Suatu ketika Nako diam dan tidak menunjukkan sifat-sifat seperti Nako sebelumnya.
Sayangnya, orangtua/orang dewasa sering kali tidak terlalu memerhatikan hal tersebut karena kesibukan kita di pekerjaan. Akibatnya, menganggap itu sebagai hal biasa, hingga berlalunya waktu barulah menyadari dan mencurigai ada sesuatu yang tidak beres. Untuk itu, penting bagi orangtua/orang dewasa memerhatikan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi pada anak.
Solusi Kekerasan Verbal Pada Anak:
Tumbuhkan kepercayaan diri sang anak, rangkullah anak dan berikan perhatian kepadanya. Pendekatan dan perhatian orangtua serta komunikasi yang dilakukan mampu menumbuhkan kembali rasa percaya diri anak. Atau, bila orangtua merasa tidak ada perubahan dan tidak dapat mengatasi dengan tepat, alangkah baiknya bila orangtua segera membawa anak ke profesional (psikolog atau dokter anak) untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
KOMENTAR