TabloidNakita.com - Ada beberapa faktor yang membuat anak mudah emosi. Berikut di antaranya:
* Perkembangan fisik-motorik yang kurang sempurna dapat memengaruhi kemampuan emosi anak karena ia tak bisa mengungkapkannya dengan sempurna. Akibatnya, anak mudah emosi. Hal ini mengingat anak sering mengungkapkan dirinya dengan gerakan, terutama pada anak yang penguasaan bahasanya masih terbatas. Misal, kalau anak yang senang sekali akan berjingkrakkan atau meloncat-loncat.
* Perkembangan kognitif berpengaruh terhadap interpretasi atas suatu kejadian. Ketika kemampuan berpikirnya sudah semakin berkembang, anak semakin mudah mengambil kesimpulan dari suatu kejadian. Anak juga lebih mudah memahami maksud orang lain. . Sebaliknya, jika perkembangannya terngganggu, akan berpengaruh terhadap kemampuan emosionalnya, alias anak mudah marah atau emosi. Contoh, anak yang perkembangan kognitifnya bagus, bila diajarkan untuk tidak membanting mainan saat marah, umumnya anak akan mematuhi. Namun pada anak yang memiliki gangguan pertumbuhan otak, mengidap ADHD misalnya, ia akan lebih sulit diberitahu dan mudah emosi. Contoh lain, di usia 3 tahun anak takut sekali tiap kali lihat badut, nah ketika usianya bertambah, 5-6 tahun, ia tidak lagi takut karena ia tahu bahwa badut tidak berbahaya.
* Mengenai faktor sosial, semakin banyak anak bersosialisasi, ia akan lebih banyak belajar bagaimana cara mengungkapkan emosinya. Anak tidak mudah emosi atau ngambek. Bukankah dalam sosialisasi tersebut anak akan melihat orang lain mengekspresikan emosinya, entah marah, menangis, gembira, atau yang lainnya? Berbeda dengan anak yang kesehariannya hanya di dalam rumah bersama pengasuh, tentu ia tak mendapat pengalaman sebanyak anak yang bersosialisasi. Kasus, anak mudah emosi akan banyak ditemukan.
* Anak mudah emosi juga dipengaruhi sifat bawaan atau temperamen anak, serta pola asuh dan lingkungan sosial tempat anak dibesarkan juga akan berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak.
KOMENTAR