Nakita.id - Kabar duka kini tengah menyelimuti keluarga besar ulama kondang Abdullah Gymnastiar.
Ulama yang akrap disapa Aa Gym ini baru saja kehilangan cucu bungsunya atau cucunya yang ke-8 untuk selamanya.
Cucunya, Gheziya Naura Khadija yang masih berusia 2 bulan dikabarkan baru saja meninggal pada Minggu (20/5/2018).
BACA JUGA: Perjalanan Singkat Cucu Aa Gym, Lahir Tak Ada yang Menengok Saat Berpulang Semua Mendoakan
Gheziya Naura Khadija merupakan anak kedua dari Ustad Maulana Yusuf yang menikahi anak Aa Gym, Ghaitsa Zahira Shofa.
Kedua orangtuanya adalah seorang penghafal Al Quran yang setahun belakangan sempat belajar ilmu Quran di Yaman.
Almarhum Gheziya pun lahir di Yaman pada 22 Maret 2018 lalu, saat orangtuanya masih menempuh pendidikan di sana.
Mereka bahkan baru tiba di Indonesia 12 hari lalu atau tepatnya pada 6 Mei 2018.
Menurut sang ayah, Ustadz Yusuf, putrinya tersebut adalah anak yang sangat kuat, karena sejak lahir tidak pernah sakit.
BACA JUGA: Penuh Keharuan, Begini Cerita Aa Gym Detik-detik Cucunya Meninggal
Hingga sekembalinya ia beserta orangtua dan kakak laki-lakinya dari Yaman kemarin, Gheziya tiba-tiba terlihat kurang sehat pada Sabtu (19/5/2018) malam.
Namun, pada Minggu (20/5/2018) sore putri Ustadz Yusuf tersebut sudah menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 16.12 WIB.
Hingga kini belum diketahui penyebab kematian dari cucu Aa Gym tersebut.
Terlepas dari penyebab kematian cucu Aa Gym, negara tempat Gheziya lahir ternyata tengah mewabah beberapa penyakit berbahaya dan mematikan.
BACA JUGA: Ini Momen Terakhir Cucu Aa Gym Bersama Keluarga, Sebelum Menghembuskan Napas Terakhirnya
Beberapa diantaranya adalah penyakit Kolera dan Difteri.
Melansir dari The Guardian, pada Maret 2018 lalu Direktur UNICEF Timur Tengah telah memperingatkan bahwa Yaman memiliki kemungkinan terkena wabah penyakit mematikan dalam beberapa bulan kedepan.
Lebih dari 1 juta anak-anak terinfeksi oleh kolera tahun lalu. Penyebabnya karena kurangnya akses ke air bersih dan vaksinasi.
Geert Cappelaere UNICEF mengatakan, 1 anak setiap 10 menit meninggal karena penyakit yang bisa dicegah di Yaman.
BACA JUGA: Menantu Hatta Rajasa Meninggal, Ini 4 Fakta Adara Taista tak Banyak Diketahui Publik
UNICEF harus bernegosiasi selama berbulan-bulan dengan kedua belah pihak yang tengah berkonflik di Yaman, untuk memulai program vaksinasi.
Mirisnya lagi, sudah jelas-jelas kekurangan air bersih tapi beberapa faksi militer masih melarang impor tenaga surya untuk memompa air minum.
BACA JUGA: Cucu Aa Gym Meninggal Mendadak Usia 2 Bulan, Berikut Penyebab Kematian Mendadak pada Bayi alias SIDS
Padahal kolera adalah penyakit yang disebarkan oleh air minum atau makan makanan yang terkontaminasi dengan bakteri kolera, seperti dijelaskan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Kolera berat ditandai dengan sejumlah besar diare berair, memiliki penampilan pucat, seperti susu. Bisa juga disertai mual dan muntah.
Jika tidak diobati, kehilangan cairan bisa mematikan.
Namun perawatan sederhana, termasuk mengganti cairan tubuh yang hilang, dapat menurunkan risiko kematian hingga kurang dari 1%.
Seseorang berisiko kolera jika dia makan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri kolera.
Kolera sangat langka di Amerika Serikat dan negara-negara industri lainnya, tetapi kasus terus terjadi di Haiti dan Republik Dominika, bersama dengan bagian Afrika dan Asia.
Melansir dari Aljazeera, menurut perkiraan PBB sekitar 7,6 juta orang tinggal di daerah terancam kolera di Yaman.
Selain kolera, ada pula penyakit difteri yang telah menyebabkan puluhan warga Yaman meninggal sejak akhir tahun 2017 lalu.
BACA JUGA: Adara Taista Diduga Meninggal Karena Kanker Kulit, Jumlah Tahi Lalat Bisa Deteksi Penyakit Tersebut
Malah WHO memprediksi, jumlah korban meninggal akan terus bertambah karena masih banyak ditemukan kasus difteri di negara tersebut.
Hingga April 2018, telah tercatat 1.516 kasus yang diduga adalah penyakit diftari di Yaman.
Rayakan Hari Ibu dengan Kenyamanan di Senyaman, Studio Yoga dan Meditasi Khusus Wanita Berdesain Modern serta Estetik
Source | : | The Guardian,CDC,Aljazeera |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR