Nakita.id - Penggunaan KB atau kontrasepsi bertujuan menunda kehamilan. Pil KB, misalnya, mengandung hormon yang dapat mencegah terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur yang matang dari indung telur). Itulah mengapa, bila ingin hamil, pemakaian KB harus dihentikan.
Soal kapan saat tepat berhenti pakai KB, tak ada patokan baku. Yang jelas, begitu si ibu melepaskan alat KB-nya, maka ia akan segera hamil. Apalagi jika alat KB yang digunakan bermetode perintang seperti kondom ataupun KB alamiah sistem kalender. Begitu pasutri siap untuk punya anak, maka mereka tinggal berintim-intim kapan pun mereka mau tanpa perlu menggunakan kondom lagi ataupun menghitung-hitung tanggal.
Baca: Susah Hamil Setelah Lepas KB, Kenapa?
Mengenai anggapan KB biang keladi susah hamil, itu cuma mitos belaka. Sayangnya, mitos ini sudah kadung dipercaya banyak orang, sehingga banyak wanita Indonesia yang tak mau menggunakan KB sebelum punya anak pertama. Pada beberapa kasus, semisal wanita yang terikat kontrak kerja yang tak membolehkannya hamil dulu, tentu bisa merepotkan. Bisa-bisa si ibu kehilangan pekerjaan lantaran sudah keburu hamil gara-gara takut jika ber-KB sebelum punya anak akan susah hamil nantinya.
Jikapun ada ibu yang sudah lepas KB tapi susah punya anak, jangan-jangan ia memang dari sono-nya sudah sulit hamil. Jadi yang disalahkan alat KB-nya. Padahal tanpa KB pun, ia sendiri sebenarnya memang susah punya anak.
Baca: Agar Cepat Hamil Usai Lepas KB
Bisa jadi pula, si ibu menggunakan KB metode suntik 3 bulanan. Pasalnya, cara kerja suntikan KB ini dengan mengekang hormon sehingga membuat telur tidak berovulasi. Bila terlalu lama ditekan, maka hormon membutuhkan waktu untuk normal kembali, biasanya sekitar 6-18 bulan. Jadi bila ingin hamil, harus dipersiapkan 1 tahun sebelumnya. Tapi ini bukan berarti ibu jadi sulit hamil, lo, melainkan ia membutuhkan waktu untuk hamil.
Itulah mengapa, kepada pasutri yang belum pernah memiliki momongan, biasanya tak disarankan menggunakan KB suntik tetapi pil KB. Walaupun termasuk KB hormonal, namun penggunaan pil tidak mengganggu siklus haid si ibu. Sehingga, saat konsumsi pil dihentikan, si ibu pun langsung bisa hamil.
Baca: Pernah Menggugurkan Kandungan, Jadi Sulit Hamil?
Begitu pula dengan IUD atau spiral, tidak akan membuat si ibu sulit hamil. Tapi dengan catatan, bila spiralnya tidak menimbulkan efek samping sama sekali. Jika sampai infeksi, bisa terjadi perlekatan di saluran telur dan sekitarnya. Hal ini akan membuat si ibu sulit punya anak setelah spiralnya dilepas.
Kalau sudah begitu, si ibu mungkin menjalani fisioterapi, ditiup (hidrotubasi), atau bahkan perlu dilakukan operasi jika perlekatannya hebat. Infeksi atau efek samping akibat penggunaan spiral ini, bisa terjadi apabila si ibu tak pernah kontrol ke dokter. Spiral juga tak dianjurkan bagi wanita yang memiliki keluhan sering keputihan atau menderita infeksi radang panggul.
Baca: Penyebab Kegagalan Alat KB yang Bikin Kebobolan Hamil
Nah, Bu, jangan salahkan alat KB-nya, ya, bila ternyata kehamilan yang diharapkan tak segera datang.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Faras Handayani |
Editor | : | Faras |
KOMENTAR