Hepatitis bisa berupa penyakit yang tampaknya ringan, tapi dapat pula berat yang bisa menimbulkan kematian dalam waktu tak lama. Pada infeksi yang disebabkan virus hepatitis A, penderita dapat sembuh sempurna. Sedangkan pada infeksi yang disebabkan virus hepatitis B dan C, seringkali terjadi infeksi yang sifatnya kronik dan berlangsung lama.
Selain si ibu harus mendapatkan pengobatan untuk mengatasi penyakitnya, bayi yang baru lahir akan diperiksa kekebalannya. Bila memang sudah terinfeksi dari ibunya, ia akan segera diterapi. Sedangkan bila belum terinfeksi dan belum memiliki kekebalan, ia akan segera divaksinasi dan dipisahkan sementara dari si ibu, sampai memiliki kekebalan yang cukup.
Hepatitis A dan B bisa dicegah dengan pemberian vaksinasinya. Bahkan saat ini vaksinasi hepatitis B sudah diwajibkan bagi anak-anak. Namun demikian, saat dewasa pun kadang diperlukan vaksinasi ulangan sebagai booster, untuk menjaga tingkat kekebalan agar jangan sampai turun di bawah tingkat perlindungan. Yang terbaik dilakukan kala tak hamil. Sementara hepatitis C sampai saat ini belum ada vaksinnya.
Risiko Bagi Kehamilan:
Bagi kehamilan, bila terinfeksinya saat trimester I, lalu tidak ditangani dengan baik, walaupun biasanya tak menimbulkan kecacatan, tapi dapat mengakibatkan keguguran. Sedangkan pada trimester II atau III, bila tidak diatasi, dapat menyebabkan kelahiran prematur atau terjadi infeksi vertikal (penularan dari ibu ke bayinya).
3. TETANUS
Penyakit ini disebabkan kuman Clostridium tetani. Kuman ini hidup di tempat yang oksigennya rendah, seperti di dalam tanah atau di luka yang tertutup. Luka yang berisiko untuk menjadi tempat infeksi kuman ini, misal, luka yang kotor dan terkena tanah atau karat, luka yang lebar dan tak beraturan, luka tusuk, dan sebagainya.
Kuman yang berkembang biak akan mengeluarkan toksin yang lalu mengenai saraf, hingga otot-otot akan mengalami kelumpuhan dan kekakuan. Bila gejala masih ringan, misal, kekakuan baru pada daerah wajah dan segera ditangani, biasanya dapat diatasi dengan baik dan tak membahayakan ibu maupun janinnya.
Walaupun berisiko mengganggu kehamilan dan janin, tapi sebenarnya tetanus tidaklah sulit untuk mencegahnya. Caranya, bila sampai seseorang mengalami luka, apalagi luka yang kotor, maka lukanya harus dibersihkan benar-benar dengan antiseptik, lalu bila perlu ia akan diberikan suntikan serum antitetanus dan vaksinasi TT (tetanus toksoid).
Ibu hamil pun boleh divaksinasi TT untuk melindungi dirinya. Selain, memberikan kekebalan pada bayinya yang baru dilahirkan agar tak terkena tetanus neonatorum (infeksi tali pusat). Imunisasi diberikan 3 kali, yakni selagi hamil muda dan sebulan kemudian. Yang jelas, 2 bulan sebelum melahirkan, si ibu sudah komplet mendapatkan “paket” suntikan TT. Jika lewat dari waktu itu atau malah sudah dekat waktu melahirkan, kemungkinan besar belum sempat terbentuk antibodi atau daya imunitas untuk memerangi tetanus yang mungkin menerpa saat melahirkan.
Risiko Bagi Kehamilan, Janin, dan Persalinan:
Bila tidak ditangani, penyakit tetanus dapat menyebabkan kekakuan. Bila sudah mengenai daerah otot pernapasan, penderita akan mengalami kesulitan bernapas dan dapat segera meninggal.
Pada ibu hamil, infeksi tetanus seringkali menjadi lebih cepat masa inkubasinya, yaitu 4-12 hari. Makin cepat masa inkubasinya, makin fatal dampaknya, baik bagi si ibu maupun janinnya.
Selain itu, risiko terbesar terjadinya infeksi tetanus adalah saat persalinan. Pada persalinan tak bersih, misal, peralatan tidak steril dan perawatan tali pusat tak baik, maka kuman tetanus mudah sekali menyerang, baik ibu maupun bayinya.
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
KOMENTAR